Jakarta (ANTARA) - Mata pria sepuh itu terpejam dan tangannya pun mengepal, tanda ada rasa nyeri ketika sinar laser yang berasal dari mesin penghapus tato berukuran tinggi sekitar setengah meter tersebut, digerakkan oleh petugas.

Pria paruh baya itu sesekali meringis kesakitan ketika sinar laser menghujam tangan kanannya yang terukir tato hasil jejak pergaulan masa silam yang kelam.

Pria itu bernama Kalimi, 70 tahun, warga Bintaro, Tanggerang Selatan. Ia mengikuti program hapus tato yang diselenggarakan di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, oleh Badan Amil Zakat Nasional/Badan Amil Zakat, Infak, Sedekah (Baznas/BAZIS)) DKI Jakarta.

Kalimi bukan kali ini saja ingin menghilangkan tato yang terukir di tangan kanannya itu, namun sudah beberapa kali mencoba menghapus jejak masa lalu tersebut.

Ia juga sempat menyiramkan air keras ke area tato, tetapi hasilnya bukan terhapus, justru kulitnya melepuh dan bentol-bentol.

Setelah kejadian tersebut ia tidak lagi mencoba menghapus dengan menggunakan air keras karena menyakitkan dan hasilnya pun tidak efektif.

Kalimi menceritakan tato yang terukir di lengan tangan kanannya itu akibat pergaulan masa lalu pada sekitar tahun 1970-an.

Ia yang dahulunya anak kampung, lalu berangkat merantau ke Jakarta, dan di tanah rantau inilah pergaulannya mulai tidak terkontrol sehingga lengan kanannya yang semula mulus, kemudian terukir sebuah tato, dan hingga paruh baya ia tidak bisa menghilangkan tato tersebut.

Harapan Kalimi untuk menghilangkan jejak masa lalu tersebut akhirnya mulai menumbuhkan hasil, setelah mengikuti program hapus tato dari Baznas (BAZIS) DKI Jakarta.

Tak jauh berbeda dengan Kalimi, Sarif Ali (42) juga mengatakan hal yang senada bahwa tato di lengan kanannya itu hasil dari pergaulan masa muda yang terlalu bebas.
Warga menunjukkan tato yang akan dihapus di lengan pada program hapus tato yang diselenggarakan Baznas/BAZIS DKI Jakarta, Kamis (21/3/2024). ANTARA/Khaerul Izan
Sarif mengaku menyesal dengan pergaulan yang pernah dijalaninya dahulu sehingga ia bertekad menghapus jejak dengan menghilangkan tato di lengan kanannya itu.

“Mau hijrah ke arah yang lebih baik lagi. Apalagi sudah ada anak, malu juga sama anak,” kata Sarif ketika berbincang dengan ANTARA.


Hapus tato pada Ramadhan

Program hapus tato yang diselenggarakan oleh Baznas (BAZIS) DKI Jakarta merupakan program rutin dan dijalankan setiap memasuki bulan suci Ramadhan.

Kali ini program tersebut menyasar kepada 600 orang di wilayah Jakarta, yang memang ingin menghilangkan tato di badannya.

Setiap wilayah atau kota ditargetkan bisa menggaet 100 orang yang akan dihapus tato sehingga secara keseluruhan dari enam wilayah yaitu Jakarta Timur, Barat, Utara, Selatan, Pusat, dan Kabupaten Kepulauan Seribu jumlahnya 600 orang.

Akan tetapi jumlah itu tidak menjadi patokan karena layanan tersebut juga bisa dimanfaatkan warga yang belum terdaftar di laman resmi.

Hapus tato sudah berjalan di dua wilayah yaitu Jakarta Timur dengan jumlah peserta mencapai 167 orang dari target hanya 100 orang, kemudian di Jakarta Selatan juga tidak jauh berbeda di mana warga yang mengikuti program tersebut mencapai 111 orang.

Ketua Baznas (BAZIS) DKI Jakarta Akhmad H.  Abubakar mengatakan program hapus tato memang ditunjukkan hanya untuk warga DKI, namun ketika ada warga di luar DKI yang ingin menghilangkan tatonya maka akan diterima.

Hapus tato yang diselenggarakan pada bulan Ramadhan ini memiliki maksud dan tujuan, mengingat bagi umat Islam bulan Ramadhan ini menjadi istimewa.

Untuk itu, program hapus tato juga diharapkan dapat menjadi titik balik bagi warga yang akan berhijrah menuju ke jalan lebih baik dari sebelumnya.

Selain itu, dalam syariat bahwa tato juga menjadi penghalang masuknya air ke dalam kulit sehingga ketika orang itu bertato, maka wudhu dan mandi besarnya belum sah.

“Supaya warga yang sengaja membuat tato (lalu dihapus) mendapatkan kebebasan dalam beribadah,” katanya.

Adapun syarat dan ketentuan program layanan tato gratis antara lain berdomisili di Jakarta, tidak memiliki riwayat keloid, gula darah normal, tidak ada masalah dengan bekas luka, dan ukuran tato yang dihapus maksimal sebesar dua ukuran KTP.

Program tersebut dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri dengan agama dan kembali hidup bersih.

Di samping itu, dapat meringankan beban biaya bagi masyarakat yang terbatas ekonominya yang ingin menghapus tato dan menghilangkan stigma negatif di masyarakat.


Hapus jejak kelam

Berada di negara yang mayoritas penduduknya muslim, membuat seni tato tidak menjadi hal yang wajar karena memang ada larangan.

Seni tato juga sering dianggap hal yang negatif, bahkan jauh sebelum literasi atau pengetahuan seperti sekarang, orang yang di badannya terdapat tato maka dicap sebagai berandalan.
Warga mengikuti program hapus tato yang diselenggarakan BAZNAS BAZIS DKI Jakarta, Kamis (21/3/2024). ANTARA/Khaerul Izan
Stigma tersebut memang belum seutuhnya hilang karena masih banyak yang berpandangan demikian kepada orang yang memiliki tato di tubuhnya.

Kalimi adalah contoh dari sekian orang yang memiliki tato di tubuhnya. Ia mengaku ada beban yang harus dirasakan.

Tato tersebut menjadi jejak dirinya ketika berada pada pergaulan yang kelam, untuk itu ia terus berusaha menghapus jejak yang kadung melekat.

Program hapus tato gratis menjadi harapan bagi orang-orang dengan kondisi keuangan yang belum mapan, mengingat biaya yang harus dikeluarkan cukup menguras kantong, di mana setiap kali treatment harus mengeluarkan biaya kisaran Rp500-750 ribu dan itu tidak cukup satu kali.

Hapus tato ini tidak bisa hanya sekali langsung hilang karena butuh proses empat hingga enam kali, agar tinta yang berada di tubuh bisa benar-benar hilang bersama jejak kelama pada masa silam.










 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024