Berlin (ANTARA News) - Pengarang peraih penghargaan Nobel, Guenter Grass, telah mendapat banyak kecaman setelah mengakui bahwa dirinya pernah menjadi anggota pasukan khusus Nazi, Waffen SS, yang terkenal karena kebrutalannya pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II. Banyak warga Jerman yang marah karena Grass menunggu lebih dari enam dekade untuk mengungkapkan masa lalunya ketika dirinya telah melewati penilaian mengenai perbuatan semasa perang atas banyak tokoh di Jerman. "Karya sastra Guenter Grass tetap utuh, tetapi statusnya sebagai penjaga moral, sebagaimana ia selalu memandang dirinya, telah rusak," kata Menteri Kebudayaan Bernd Neumann kepada tabloid Bild, Selasa. Beberapa komentator lain mengatakan Grass telah membuang kesempatan yang tepat untuk mengakui masa lalunya sebagai anggota SS ketika dia menulis "The Tin Drum" - yang tetap menjadi buku terbaiknya - 47 tahun silam. "Dia seharusnya mengakuinya lebih awal, selambat-lambatnya pada 1959, ketika `The Tin Drum` diterbitkan, yang menuturkan periode kekuasaan Nazi," kata Frank Schirrmacher, pemimpin redaksi harian berpengaruh Frankfurter Allgemeine Zeitung. Grass sampai saat ini hanya mengakui masuk wajib militer dalam Korps Pertahanan Udara Jerman. Dia telah menerima dukungan dari beberapa kalangan, seperti penulis Yahudi Jerman, Ralph Giordano. "Guenter Grass berusia enam tahun pada 1933," ketika Nazi berkuasa, Giordano menyatakan kepada harian Stuttgarter Nachrichten. "Apa yang dapat dilakukannya pada saat itu dalam menghadapi aparat propaganda Nazi yang sangat kuat? Tidak ada," Giordano menambahkan. "Saya yakin dia sangat menderita karena menutup mulut begitu lama tentang ini." Terluka dan terhina Grass, 78 tahun, mengatakan bahwa dia merasa terluka dan terhina dengan reaksi atas pengakuannya, dalam wawancara pada akhir pekan lalu menjelang peluncuran sebuah memoar baru yang menceritakan pengalaman masa kanak-kanaknya di kota pelabuhan Gdansk, kawasan Baltik. "Ini pasti adalah usaha dari beberapa orang untuk menjadikan saya orang yang tak disenangi," katanya pada kantor berita Jerman, DPA. "Itulah mengapa saya berterima kasih bahwa ada juga pandangan yang berbeda. Saya hanya dapat berharap beberapa komentator saat ini membaca buku saya dengan seksama." "Dalam otobiografinya yang berjudul "Peeling Onions", Grass menyatakan bahwa dia menjadi anggota pasukan SS di usia 17 tahun dalam bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, namun bersikeras dia tak pernah menembakkan sebutir peluru pun. Yayasan Nobel di Stockholm Selasa pagi menolak seruan untuk menarik kembali Penghargaan Nobel Kesusastraan yang dimenangi Grass. "Keputusan mengenai pemenang tidak dapat diganggu gugat," kata Ketua Yayasan Nobel, Michael Sohlman, pada AFP. Yayasan Nobel tidak pernah menarik kembali penghargaan dalam sejarahnya selama 105 tahun. Wolfgang Boernsen, seorang anggota parlemen dari Partai Demokrat Kristen dan jurubicara kebudayaan partai itu, Senin, telah mengatakan kepada Bild bahwa Grass sebaiknya mengembalikan penghargaan yang telah diterimanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006