Kami menghadapi kekurangan semen parah dan kebanyakan proyek pembangunan telah berhenti sama sekali
Kota Gaza (ANTARA News) - Bagi Awad Ja`rour, pengelola pabrik pembuatan batu bata di Jalur Gaza, kondisi belakangan ini sangat berat.

Ia baru saja menutup pabriknya dan memutuskan hubungan kerja dengan semua pegawainya. Penyebabnya ialah kekurangan bahan baku bangunan yang parah di daerah kantung Palestina itu.

"Saya tidak menerima semen selama lebih dari tiga pekan," kata Ja`rour kepada Xinhua, sementara ia menunjuk ke mesin pembuatan batu batanya.

Sejak 30 Juni, ketika protes besar anti-presiden terguling Mohammed Moursi menenggelamkan tetangga Jalur Gaza, Mesir, kegiatan penyelundupan melalui ratusan terowongan ke Jalur Gaza telah berkurang.

Setelah ketidakstabilan politik di Mesir meningkat, terowongan tersebut --yang menjamin semua jenis barang dan bahan mentah bagi pembangunan ke Jalur Gaza-- menghadapi peningkatan tekanan.

Belum lama ini, penyelundupan nyaris terhenti total, setelah militer Mesir menutup sebagian besar terowongan itu.

Para pemilik terowongan di Kota Rafah, bagian selatan Jalur Gaza, di perbatasan dengan Mesir, mengatakan lebih dari 90 persen terowongan tidak lagi beroperasi akibat aksi yang dilancarkan lembaga keamanan Mesir.

"Bahkan terowongan yang masih beroperasi ... tidak beroperasi secara layak, sebab pemiliknya berhati-hati, dan tak mau mengambil risiko ditangkap. Mereka menolak untuk mengimpor semen dan bahan-bangunan lain," kata seorang pemilik terowongan, sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Pada 22 September, Israel mengizinkan impor semen dan bahan mentah bangunan dalam jumlah terbatas untuk sektor swasta untuk pertama kali dalam enam tahun.

Namun, itu tidak berlangsung lama. Israel segera membatalkan keputusannya setelah menemukan satu terowongan yang digali gerilyawan Hamas dari Jalur Gaza ke dalam wilayah Israel.

Belum lama ini, para pejabat di sektor bangunan di Jalur Gaza memperingatkan mengenai bencana ekonomi --yang bisa membuat Jalur Gaza kembali ke masa paling sulitnya pada 2007, ketika kemunculan Hamas ke tampuk pimpinan membuat Israel memberlakukan blokade terhadap daerah kantung tersebut.

Menurut data resmi, Jalur Gaza menderita kerugian ekonomi setiap bulan sebesar 239 juta dolar AS akibat penutupan terowongan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir baru-baru ini.

"Melarang bahan bangunan menghalangi semua proyek penanaman modal di Jalur Gaza, dan sektor swasta menanggung beban paling berat," kata Nabil Abu Mo`eilek, pemimpin Perhimpunan Kontraktor Palestina di Jalur Gaza.

Ia menambahkan, "Jalur Gaza sangat memerlukan penyelesaian krisis ini secepatnya."

Hatem Aweida, Direktur di Kementerian Ekonomi yang dioperasikan HAMAS di Jalur Gaza, memberitahu wartawan pertumbuhan GDP turun sampai tiga persen akibat peningkatan blokade yang diberlakukan atas Jalur Gaza. Ia menambahkan sebanyak 35.000 pekerja telah kehilangan pekerjaan sementara mereka di sektor pembangunan dan industri.

Badan Pekerjaan dan Bantuan PBB buat Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) juga memperingatkan mengenai parahnya krisis tersebut setelah Israel dan Mesir melarang masuknya bahan bangunan ke Jalur Gaza.

Juru Bicara UNRWA di Jalur Gaza Adnan Abu Hasna memberitahu Xinhua bahwa proyek pembangunan UNRWA akan berhenti jika larangan atas bahan mentah berlanjut.

(C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013