Tokyo (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkolaborasi dengan Garuda Indonesia dalam menggaet lebih banyak wisatawan Jepang yang ditargetkan kembali masuk ke dalam 10 besar negara penyumbang kunjungan wisatawan terbanyak pada tahun ini.

“Kita sedang berusaha mengembalikan Jepang kembali ke 10 besar bahkan lima besar lagi. Sekarang posisi Jepang setelah pandemi COVID-19 turun ke posisi 12 di bawah Korea Selatan,” kata Direktur Pemasaran Pariwisata Asia Pasifik Kemenparekraf Raden Wisnu Sindhutrisno dalam seminar di Tokyo, Selasa.

Dia menyebutkan angka wisatawan Jepang sebelum pandemi sempat menembus satu juta pengunjung, tetapi jumlah itu merosot hingga sekitar hingga yang terendah pada 2021, yakni 5.952 pengunjung.

Namun, seiring dengan kondisi pascapandemi yang membaik, pelan-pelan jumlah wisatawan merangkak ke 73.913 pengujung dan 251.866 pengujung pada 2022 dan 2023.

“Sekarang, kita targetkan hampir 500.000. Mudah-mudahan, kita bisa dapat 500.000 lebih,” katanya.

Wisnu menuturkan pihaknya saat ini tengah berupaya mengembangkan lebih banyak lagi desa-desa wisata sebab pola wisatawan mancanegara (wisman) pascapandemi bergeser ke arah quality traveling yang menginginkan rasa nyaman serta pengalaman dari kegiatan berwisata itu.

Terkait hal itu, lanjut dia, mereka lebih cenderung ingin berbaur dengan warga lokal dan melakukan aktivitas seperti yang ada di destinasi wisata tersebut seperti ikut menanam padi, dan memandikan kerbau dan gajah.

“Mereka lebih suka yang lebih personalized, customized, dan resor-resor eksklusif. Tidak lagi ramai-ramai di hotel bintang 4 dan 5 dan hampir semua wisman lebih menginginkan pengalaman. Jadi, go local dengan warga setempat,” katanya.

Untuk itu, Wisnu mengatakan pihaknya tengah memperbaiki infrastruktur dan amenitas untuk mendukung desa-desa wisata yang kaya akan alam dan budayanya.

Di antara desa-desa wisata yang bahkan sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu yang terbaik di dunia itu adalah Desa Wisata Ngelanggeran dan Pentingsari di Yogyakarta serta Desa Wisata Penglipuran di Bali, katanya.

Guna mendongkrak jumlah wisman, terutama dari Jepang, dibutuhkan pula konektivitas sebagai salah satu faktor terpenting selain amenitas dan atraksi dalam menggaet pasar, katanya.

Mulai 31 Maret mendatang, Garuda Indonesia mulai terbang setiap hari rute Haneda-Jakarta yang sebelumnya empat kali seminggu.

“Penerbangan langsung itu kunci karena pascapandemi orang terbang dengan pola kalau bisa kurang dari delapan jam. Itu yang kita dorong pembukaan rute baru, mengaktifkan lagi rute lama atau menambah frekuensi,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager Garuda Indonesia Wilayah Jepang Sony Syahlan menjelaskan karakter orang Jepang yang sangat hati-hati dan patuh terhadap pemerintah terkait aturan perjalanan keluar negeri pada masa pandemi COVID-19 turut mempengaruhi penurunan angka penumpang yang drastis.

“Jadi masalah waktu itu untuk tourism industry, termasuk Garuda karena kita belum bisa efektif untuk terbang ke Bali karena main destination orang Jepang ‘kan ke Bali. Kita baru bisa buka 28 Oktober 2022 dan itu pun sangat slow,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut dia, agen-agen perjalanan juga urung mempromosikan sebab akan bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah dan pelonggaran pembatasan perjalanan yang tidak dibuka sekaligus tetapi bertahap.

Sony menambahkan kondisi itu berbeda dengan Korea Selatan yang justru lebih agresif, dan saat ini jumlahnya mengalahkan wisman Jepang ke Indonesia.

“Meskipun cuma imbauan, mereka enggak akan pergi. Kuncinya di situ. Tapi, begitu dicabut 100 persen yang waktu itu cuma dua kali seminggu ke Bali lama-lama jadi empat kali sampai akhirnya kita daily. Kita harapkan 2025 Jepang sudah benar-benar fully recover,” katanya.

Baca juga: Garuda Indonesia tambah frekuensi Haneda-Jakarta PP setiap hari
Baca juga: Garuda Indonesia Travel Fair 2024 hadir di Jepang

 

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024