Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma meminta warga untuk selalu waspada dan tidak abai terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) meski angka kasus penyakit tersebut tergolong rendah dibandingkan wilayah lain di DKI Jakarta. 

“Insya Allah masih terkendali (angka kasusnya). Namun kita tidak boleh terlena karena angka kasus baru itu akan ditentukan sejauh besar kecilnya jumlah penduduk. Jika jumlah penduduknya kecil, ada kasus satu, maka itu akan jadi besar,” kata Dhany saat dijumpai di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Jakarta, Selasa.

Dhany menuturkan, kondisi cuaca tidak menentu yang terjadi belakangan ini telah menyebabkan banyak genangan yang kemudian dimanfaatkan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

Oleh karena itu, ia meminta perlu ada pemantauan yang lebih teliti untuk mengantisipasi adanya genangan air. 

Baca juga: Cegah DBD, Jakpus imbau warga lakukan PSN 3M Plus

Di Jakarta Pusat sendiri, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat (Sudinkes Jakpus) mencatat sebanyak 162 kasus DBD. Adapun berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, selama periode 1 Januari sampai Februari 2024, jumlah kasus DBD di Jakarta tercatat sebanyak 627 kasus dengan rincian Jakarta Barat dengan jumlah 208 kasus, Jakarta Timur 161 kasus, Jakarta Selatan sebanyak 145 kasus, Jakarta Utara sebanyak 74 kasus, Jakarta Pusat  kasus dan paling sedikit Kabupaten Kepulauan Seribu sebanyak lima kasus.

Lebih lanjut, Dhany menekankan tidak ada langkah yang lebih efektif dalam penanganan masalah DBD selain melakukan langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui pendekatan 3M Plus.

"Baik itu menutup tempat yang berpotensi terjadi genangan, kemudian menguras bagi warga yang memanfaatkan bak mandi atau wadah, lalu mendaur ulang. Kemudian plus-nya ya menggunakan losion anti nyamuk, kelambu, dan kami juga meminta kader jumantik di tiap kelurahan, RT dan RW untuk melakukan pemantauan jentik secara terus menerus,” kata Dhany.

Danny mengungkapkan, dalam kondisi normal, pemantauan jentik dilakukan setiap Jumat selama 30 menit. Namun dalam keadaan sekarang ini, dia pun meminta agar pemantauan dilakukan lebih masif lagi dengan menunjuk juru pemantau jentik (jumantik) mandiri.

“Artinya setiap rumah harus menunjuk kader jumantik di rumah itu. Yang tahu di mana titik genangan atau titik yang berpotensi terjadi genangan seperti dispenser, sisa tampungan kulkas, atau tanaman pot yang bahan dasarnya menggunakan air,” kata Dhany.

Baca juga: Perlu peran masyarakat dalam pencegahan DBD

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024