Jakarta (ANTARA) - Kesulitan berkonsentrasi, kurangnya kejernihan mental, dan pikiran yang terus melompat dari satu hal ke hal lain dikaitkan dengan kondisi yang disebut popcorn brain atau "otak berondong jagung", yang seringkali dihubungkan dengan menghabiskan waktu berlebihan di depan layar.

Menurut siaran Medical Daily pada Kamis (28/3), hasil studi juga menunjukkan bahwa rentang perhatian orang telah menurun signifikan dalam beberapa dekade terakhir karena penggunaan internet dan perangkat digital secara berlebihan. 

"Waktu layar yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan otak yang sehat pada anak dan orang dewasa, dan berdampak pada perhatian, perkembangan kemampuan berbahasa, dan keterampilan fungsi eksekutif mereka," kata Natalie Rosado, konselor kesehatan mental berlisensi dan pendiri Tampa Counseling Place, kepada Medical Daily.

Di samping mempengaruhi kesehatan otak, penggunaan perangkat digital secara berlebihan dapat mengganggu pola tidur, yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan mental.

Banyak orang yang mungkin menonton video atau menggunakan perangkat digital sebagai sarana untuk melarikan diri dari kenyataan dan menghindari masalah.

Meski dapat membantu untuk sementara waktu, Rosado mengingatkan, tindakan itu bisa mencegah individu mengatasi masalah mereka secara efektif sehingga dapat meningkatkan tekanan dalam jangka panjang.

"Paparan terus-menerus terhadap gambaran ideal dan kehidupan yang terkurasi dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, terutama di kalangan generasi muda, sehingga meningkatkan risiko depresi dan kecemasan," kata Rosado.

Dia menjelaskan pula bahwa menghabiskan waktu secara berlebihan di depan layar dapat menggantikan interaksi tatap muka, yang bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman, kesepian, dan keterpisahan dengan kehidupan nyata.

Rosado merekomendasikan beberapa langkah untuk membatasi waktu pemakaian perangkat digital, antara lain dengan menggunakan aplikasi pelacak durasi layar yang dapat membantu individu menyadari kebiasaan penggunaan mereka dan mengidentifikasi area-area yang memerlukan pembatasan.

Langkah selanjutnya adalah membatasi notifikasi agar bisa fokus melaksanakan tugas dan tidak tergoda untuk menggunakan layar jika tidak perlu serta mencari hiburan alternatif yang tidak melibatkan layar seperti permainan papan, teka-teki, kerajinan tangan, atau aktivitas fisik.

Baca juga: Pembatasan waktu tatap layar bisa dimulai dari orang tua
Baca juga: Dokter sarankan pengaturan waktu tatap layar untuk cegah gangguan mata


Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024