Jakarta (ANTARA) - Panen raya padi musim tanam Oktober-Maret 2024 akan berlangsung mulai akhir Maret 2024. Jika prediksi ini benar, berarti seusai Hari Raya Idul Fitri, para petani akan disibukkan dengan masa panen padi, yang selama 100 hari mereka garap.

Panen raya merupakan momen yang ditunggu petani. Sebab, bagi petani masa panen merupakan berkah kehidupan yang wajib disyukuri kehadirannya.

Pada zamannya, panen raya merupakan suasana yang senantiasa disambut dengan riang gembira. Panen raya menjadi musim hajatan petani yang disambut dengan rasa bahagia.

Bagi petani, panen raya menjadi saat tepat untuk memberi penghormatan kepada Dewi Sri yang telah "melindungi" petani dalam menjalankan usaha tani, yakni budi daya padi.

Akibatnya wajar, jika di saat panen raya tiba, di beberapa daerah misalnya Jawa Barat ada petani yang melakukan syukuran dengan menanggap Wayang Golek semalam suntuk. Bahkan ada juga yang mengisinya dengan acara Jaipongan.

Semua ini lumrah, karena panen raya pun dapat dijadikan peluang untuk menyambut kehidupan yang lebih baik dan ceria serta menjanjikan.

Di samping petani beserta keluarganya, panen raya juga memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan para penyuluh pertanian. Umumnya mereka (penyuluh pertanian)  harap-harap cemas. Apakah kiprah keseharian mereka mampu membuahkan hasil seperti yang telah ditargetkan ? Apakah sebagai guru petani, mereka mampu meraih target yang ditetapkan? Sebut saja, soal produksi dan produktivitas hasil gabah per hektare-nya?

Semua target dan harapan dari program penyuluhan pertanian, mestinya dapat terjawab saat panen raya berlangsung.

Dengan bahasa lain, dapat juga disampaikan, apakah kehormatan yang selama ini diberikan kepada para penyuluh pertanian dalam menggenjot produksi setinggi-tingginya menuju swasembada itu dapat diwujudkan atau tidak,  mengingat dunia penyuluh pertanian masih disodorkan pada berbagai problema yang sebenarnya klasik.

Jawaban atas pertanyaan ini, tentu sangat penting dan menarik. Sebagai gurunya petani, penyuluh pertanian memiliki kewajiban untuk selalu mendampingi, mengawal, mengawasi, dan mengamankan kebijakan, program dan kegiatan yang erat kaitannya dalam upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan nilai tambah hasil-hasil pertanian.

Penyuluh pertanian perlu menjalin kemitraan yang berkualitas dengan para peneliti, pemulia tanaman, dan lain sebagainya dalam mencari dan menemukan teknologi baru dan inovasi, yang mampu menggenjot produksi.

Ini penting, karena bagi seorang penyuluh pertanian salah satu tugas pokoknya adalah menularkan pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada para petani.


Peran penyuluh

Menghadapi panen raya, penyuluh pertanian perlu menyiapkan diri dengan baik agar para petani mampu melewati panen raya dengan bahagia. Penyuluh pertanian perlu memberi pencerahan kepada petani sekiranya panen raya berlangsung di musim hujan.

Pengalaman menunjukkan panen di musim hujan, ujung-ujungnya akan menghasilkan gabah basah, yang melahirkan soal tersendiri bagi petani.

Gabah basah bukanlah suatu problem baru. Sudah sejak lama petani merasakan bila panen padi berbarengan dengan musim hujan, pasti gabahnya akan basah.

Untuk mengeringkan hasil panennya, petani sangat menggantungkan diri pada kehadiran sinar matahari guna menjemur gabah hasil panennya. Sekali tidak ada matahari, maka wajar bila gabahnya basah.

Di mata petani, gabah basah bisa benar-benar menjadi masalah. Bila gabah kering panen (GKP) tidak mampu mencapai kadar air 14 persen pasti harga jualnya tidak akan sesuai dengan standar harga yang telah ditetapkan dalam aturan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Harga gabah akan semakin turun seirama dengan semakin tingginya kadar air.

Dihadapkan pada kondisi yang demikian, maka sebetulnya penyuluh pertanian harus hadir di tengah-tengah kehidupan petani.

Penyuluh pertanian tidak boleh berdiam diri. Penyuluh pertanian segera harus turun tangan. Para pengambil kebijakan yang memiliki kewenangan untuk menangani pascapanen, sudah sepatutnya berpikir keras dan mencari terobosan cerdas guna melahirkan solusi terbaiknya.

Gabah basah adalah bentuk ketidakmampuan petani dalam meningkatkan kualitas gabah hasil panenannya untuk memperoleh harga jual yang sesuai dengan ketentuan HPP.

Petani sendiri tidak ingin gabahnya basah. Petani juga tidak ingin bila gabahnya tidak mampu memenuhi kadar air 14 persen. Petani tahu persis jika ingin memperoleh harga yang sesuai HPP, maka gabahnya harus kering.

Itu sebabnya sudah sejak lama petani meminta, bantuan peralatan pascapanen seperti alat pengering.

Karena selama ini sebagian besar bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang diberikan sifatnya untuk meningkatkan produksi, padahal bantuan yang juga dibutuhkan petani adalah alsintan untuk penanganan pascapanen.

Oleh karena itu, melalui peran penyuluh pertanian diharapkan kebutuhan petani di lapangan semakin bisa teridentifikasi dengan baik untuk kemudian dapat ditindaklanjuti.

Selain itu, petani juga tidak perlu risau karena untuk musim panen raya tahun ini, Pemerintah telah memberi jaminan bakal membeli gabah hasil produksi petani.

Presiden Jokowi juga telah menegaskan komitmennya atas hal itu. Daripada membeli beras dari produksi petani luar negeri, lebih baik membeli beras yang dihasilkan oleh petani dalam negeri.

Hal ini sejalan dengan slogan yang disampaikan pemerintah dalam berbagai kesempatan yakni cintai produk dalam negeri termasuk juga untuk komoditas pangan.


*) Penulis adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.
 

Copyright © ANTARA 2024