Jakarta (ANTARA News) - Tim Indonesia Bangkit (TIB) menyatakan, dengan melihat proyeksi perkembangan ekonomi ke depan, maka Bank Indonesia (BI) tidak mungkin menurunkan suku bunganya hingga menjadi satu digit dari level BI Rate saat ini senilai 11,75 persen sebagaimana keinginan berbagai pihak, terutama sektor dunia usaha. "Menurut saya, BI tidak akan berani menurunkan suku bunga sampai single digit karena ini akan berpengaruh pada lemahnya nilai tukar rupiah," kata anggota TIB, Aviliani di Jakarta, Jumat. Dia mengatakan, sesuai dengan UU Nomor 23/1999, BI memiliki kewajiban untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan bukan hanya menentukan suku bunga yang menjadi patokan. "Dengan target inflasi 2007 6,5 persen, maka target SBI 8,5 persen itu hal yang wajar. Tapi kan tugas BI bukan sekedar bunga, tapi dia punya tugas menstabilisasi nilai tukar," katanya. Dia menjelaskan, berdasarkan fundamental ekonomi, ada beberapa indikator ekonomi moneter yang bisa membantu menstabilitasi nilai tukar rupiah, seperti cadangan devisa, devisa perdagangan, serta investasi. "Sampai dengan Agustus ini saja, cadangan devisa kita tidak bagus-bagus sekali. Lalu tren ekspor kita juga tidak terlalu baik. Nah yang paling penting adalah investasi masuk dalam bentuk `capital in flow` pada jangka panjang, Itu yang akan menstabilkan nilai rupiah. Nyatanya tidak, karena investasi yang masuk itu lebih banyak pada jangka pendek," katanya. Oleh karena itu, indikator yang sangat berpengaruh pada nilai tukar hanya suku bunga dan dengan suku bunga BI yang hanya 8,5 persen hanya akan memberi resiko premium 3,5 persen kepada investor jika dibandingkan dengan suku bunga Bank Sentral AS, Fed Fund, senilai 5 persen. "Itu sangat beresiko. Risiko dalam arti mungkin investor tidak tertarik, bahkan mereka lebih tertarik beli ORI. Kan ORI bunganya 12,05 persen dengan jangka waktu 3 tahun. Jadi mungkin suku bunga itu paling berani 10 persen, apalagi kalau 2007 itu kondisinya belum membaik," demikian Aviliani. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006