... Jesus Rueda, tergoda untuk memasukkan elemen ini di karyanya, Sonata Kecak yang dipersembahkan untuk Sukarlan... "
London (ANTARA News) - 10 November --Hari Pahlawan-- cukup istimewa bagi pianis/komponis terkemuka dunia, Ananda Sukarlan, dengan mengajak musikus muda Indonesia berbakat konser musik bersama di Conservatory of Music di Madrid. 

Ini bentuk kepahlawanan Indonesia juga, melalui jalur musik dan dunia internasional menjadi panggungnya.   

Mereka, para diaspora Indonesia yang tengah belajar musik di berbagai konservatorium Eropa, diajak Sukarlan memberi warna baru arti pahlawan dalam menggemakan Indonesia melalui musik klasik di relung-relung Eropa.

Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI di Madrid, Theodorus Nugroho, Rabu, menyatakan, mereka adalah musisi muda Indonesia yang berasal dari Konservatorium Belgia, yaitu Amelia Tionanda (biola), dan Grace Petrona (biola alto).

Juga gitaris John Paul dari Napoli (Konservatorium Italia), serta pemain flute Ratna Indira dari Konservatorium Paris.

Sukarlan telah membuktikan, pilihannya berkiprah di dunia internasional dengan mengambil basis di Spanyol tidak salah. 

Dia punya segudang presetasi, di antaranya periode 2003-2007 anggota Musica Presente, proyek Ambassador of Spanish Music, yang terdiri 10 musikus dunia untuk memperkenalkan musik Spanyol, dan mengasimilasikannya dengan berbagai budaya serta bidang seni lain.

Ia juga telah bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta membuat musik bagi anak-anak cacat (disabled). Sebagai pianis, ia telah memenangi banyak kompetisi internasional pada usia mudanya, yang membawanya kekarir musik internasional yang gemilang.

Sampai saat ini Sukarlan telah memperdanakan lebih dari 300 karya baru yang ditulis khusus untuk dia oleh komponis-komponis dunia, di antaranya Peter Sculthorpe, Gareth Farr, Per Norgard, David del Puerto, dan Santiago Lanchares. 

Musik-musik itu menggunakan elemen-elemen etnik Indonesia yang telah diperkenalkan Sukarlan. Tentang kekayaan elemen etnik nasional dan identitas musik nusantara, Sukarlan pernah berujar bahwa inilah sebetulnya kekayaan Indonesia yang sangat dihargai dunia internasional. 

Pernah membayangkan lagu gubahan pujangga Ismail Marzuki, digubah menjadi karya fenomenal musik klasik puitis dunia? Sukarlan telah melakukan itu dalam konser khusus di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, beberapa tahun lalu. Sungguh memesona dengan kolaborasi vokal soprano Binu Sukaman.

Selama periode 1996-2006, Sukarlan mengadakan minimal 50 konser setahun di seluruh bagian dunia dihadiri para anggota kerajaan dan pejabat tinggi banyak negara-negara di Eropa. 

Saat ini dia sudah mengeluarkan 14 album dalam format compact discs, beberapa di antaranya telah memenangkan penghargaan di Spanyol, antara lain Disco de Oro (Golden Disc) dari majalah Compact Disc (Spanyol) dan Best Classical Recording of the Year.

Pada 2005 ia menerima gelar musician of the month dari Radio Nacional de Espana, dan menjadi cover majalah Radio Clasica. Penerima Diaspora Award 2013 ini orang Indonesia pertama dan satu-satunya, yang tercantum di 2.000 Outstanding Musicians of the 20th Century.

Pada sisi lain, dia telah berhasil memadukan musik Indonesia dengan musik klasik. Dia memperkenalkan musik tradisional Jawa dan Bali ke banyak komponis dunia, sehingga elemen musik ini berasimilasi dengan banyak karya baru yang ditulis pada abad ini oleh para komponis itu.

Bekerjasama dengan Chendra Panatan, mereka berhasil mempagelarkan tari Kecak dari Bali, yang pertama kalinya di Spanyol, yang kemudian menginspirasi banyak komponis untuk mempelajarinya.

Komponis Spanyol, Jesus Rueda, tergoda untuk memasukkan elemen ini di karyanya, Sonata Kecak yang dipersembahkan untuk Sukarlan. Karya terbesar dari asimilasi kebudayaan sampai saat ini antara lain Simfoni no 2 Nusantara untuk piano dan orkes, oleh komponis Spanyol, David del Puerto.

Selain karya-karya dari Indonesia yang akan mereka bawakan, karya komponis Spanyol terkemuka, David del Puerto dan Santiago Lanchares, juga turut akan dibawakan.

Dengan tujuan pertukaran kebudayaan yang diharapkan dapat berlanjut di negara-negara lain di Eropa. Tidak ketinggalan nomor Rapsodia Nusantara yang telah sukses disambut penonton di banyak negara di empat benua.

Oleh Zaeynita Gibbons
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013