Saya kira ini urgent, karena ada ribuan anak-anak dan perempuan di kamp itu."
Jakarta (ANTARA News) – Migrant Care meminta pemerintah Indonesia cepat tanggap dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah Arab Saudi, agar kamp imigrasi bisa dilengkapi dengan fasilitas yang layak menyusul meninggalnya tenaga kerja Indonesia (TKI) di Tarhil/Penjara Imigrasi Sumaisyi, Jeddah.

“Mulai hari ini pemerintah harus lebih memperkuat negosiasi dan koordinasi dengan Arab Saudi untuk memastikan bahwa semua pelayanan yang ada di kamp-kamp imigrasi, agar tetap memperhatikan prinsip-prinsip penghormatan terhadap HAM,” kata Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, TKI yang menjadi korban meninggal saat berada di tarhil, yakni Didin Jaenudin yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat.


Anis mengatakan, bukan mustahil proses penampungan tersebut akan memakan korban lagi, jika tidak ada keseriusan dari pihak perwakilan Indonesia untuk memantau dan memastikan kondisi TKI selama berada di Tarhil Sumaisyi.

“Kami dengar sampai kemarin masih banyak yang kesulitan untuk tidur, membuat susu, minum dari air keran. Saya kira ini urgent, karena ada ribuan anak-anak dan perempuan di kamp itu,” katanya.


Menurut dia, kondisi di Tarhil Sumaisyi jauh dari layak. Pada hari pertama pasca-batas akhir pemberlakuan masa amnesti bagi TKI tak berdokumen, tarhil sudah dipenuhi oleh 7.500 TKI.

Kondisi berjubel tersebut, disebutnya, tanpa disertai pasokan logistik yang memadai di dalam tarhil.

Bahkan, menurut Anis, mereka hanya bertahan dengan minum air keran toilet.

Sementara itu, petugas Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah yang dikerahkan di Tarhil hanya beberapa orang saja.

Pada 3 November 2013 merupakan batas akhir dari masa amnesti bagi TKI tak berdokumen untuk memperbarui dokumen keimigrasian. Sehari kemudian, pemerintah Arab Saudi secara resmi mengerahkan polisi dan petugas imigrasi untuk merazia para TKI tak berdokumen resmi.

“Gelombang razia ini menyebabkan ribuan TKI tak berdokumen resmi minta perlindungan ke KJRI Jeddah," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013