Jakarta (ANTARA) - Buka bersama atau bukber baik dengan rekan sekerja, kawan seperantauan, atau bahkan teman-teman sekolah lama menjadi aktvitas unik yang hanya terjadi di tiap bulan Ramadhan.

Secara umum, bukber dipahami sebagai kegiatan positif yang memelihara silaturahim di antara sesama umat Islam.

Kendati demikian, di media sosial topik bukber kerap diiringi dengan berbagai kontroversi salah satunya karena kegiatan tersebut seringkali menjadi ajang pamer pencapaian di antara teman-teman lama.

Bahkan, terdapat pengguna media sosial yang mengunggah olok-olok bahwa dirinya menyediakan jasa penyewaan ponsel yang dianggap trendi, lanyard kantor yang dianggap bonafide, serta kendaraan yang dianggap mewah untuk meningkatkan derajat si penyewa saat menghadiri acara bukber.

Unggahan olok-olok biasanya sedikit banyak cukup mencerminkan fenomena nyata di masyarakat, yang mungkin kerap terjebak dalam adu pencapaian saat menghadiri acara bukber dengan lingkaran pertemanan lama.

Baca juga: "Takjil War" berkah Ramadhan, tapi hati-hati jangan berlebihan
Baca juga: Mengunggah konten kuliner di media sosial selama puasa, bolehkah?


Lantas bagaimana Islam memandang kebiasaan bukber dan potensi pamer pencapaian yang terjadi di dalamnya? Berikut adalah penjelasan anggota Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Idris Mas'udi perihal bukber dan pamer pencapaian:

Pada dasarnya buka bersama merupakan sesuatu yang baik, terlebih jika diniatkan untuk kebersamaan atau memberikan makan bagi orang lain yang berpuasa.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam al-Tirmidhi disebutkan bahwa orang yang memberikan makan orang lain yang berpuasa akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang berpuasa tersebut.

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

"Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga."

Akan tetapi, jika perbuatan baik itu diniatkan untuk hal-hal yang tidak baik seperti riya' atau pamer kekayaan maka hal tersebut justru menjadi tidak baik.

Islam melarang perbuatan riya' atau pamer dalam bentuk apapun, bahkan termasuk pamer ibadah sekalipun. Riya' dalam Islam termasuk perbuatan dosa besar.

Para ulama mengimbau umat Islam senantiasa berlatih untuk menghindari riya' yang tidak sengaja dilakukan.

Misalnya selalu berusaha menghadirkan Allah SWT di dalam hati saat melakukan hal-hal baik, menyembunyikan amal ibadah dari orang lain, atau mengingat-ingat bahwa riya' adalah salah satu perbuatan dosa besar.

Kembali ke buka bersama, hal itu harus diniatkan dalam rangka kebaikan seperti menjalin atau merawat persaudaraan antar sesama umat Islam.

Baca juga: Mimpi basah selepas subuh, apakah membatalkan puasa?
Baca juga: Berkeliling membangunkan sahur dengan pengeras suara, perlukah?

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024