Sosialisasi isu perubahan iklim kepada para calon presiden ini penting agar mereka dapat memasukkan persoalan tersebut ke rencana program pembangunan dan melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan pemerintah sekarang,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Lukita Dinarsyah Tuwo meminta media massa untuk turut menyosialisasikan persoalan perubahan iklim kepada para calon presiden yang akan turut dalam pemilihan umum 2014 mendatang.

"Sosialisasi isu perubahan iklim kepada para calon presiden ini penting agar mereka dapat memasukkan persoalan tersebut ke rencana program pembangunan dan melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan pemerintah sekarang," kata Lukita di Jakarta, Jumat.

Lukita menyampaikan permintaan tersebut saat memberi sambutan dalam acara "Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Media Award 2013", sebuah penghargaan untuk karya jurnalistik bertema perubahan iklim terbaik pada 2013.

Dengan mensosialisasikan isu perubahan iklim ke para calon presiden, media massa dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan sejumlah program dan komitmen yang telah dilakukan dan dicapai oleh pemerintah, demikian Lukita menjelaskan.

"Perubahan iklim telah menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kami dari Bappenas saat ini sedang menyiapkan rencana pembangunan jangka menengah untuk mencapai target pengurangan emisi karbon sampai 26 persen. Komitmen ini harus dilanjutkan oleh pemerintah pasca-pemilu 2014 dan di sinilah peran penting media untuk turut mensosialisasikan perubahan ikilm kepada para calon presiden" kata Lukita.

Namun di sisi lain, Lukita menyayangkan minat dari para wartawan yang kurang terhadap isu perubahan iklim ini sehingga kesadaran masyarakat dan calon-calon pemimpin masa depan masih belum terbangun. Masyarakat umum dinilai belum mempunyai pengetahuan yang lengkap mengenai persoalan perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Melihat kurangnya minat para jurnalis untuk mengupas secara tuntas itu Bappenas melalui ICCTF mengadakan sayembara jurnalistik untuk memupuk ketertarikan wartawan pada isu perubahan iklim," kata dia.

Kurang tuntasnya pemahaman wartawan terhadap isu perubahan iklim tersebut juga dikeluhkan oleh salah satu juri "ICCTF Media Award 2013" Riza Primadi.

Ia menyatakan bahwa 175 karya jurnalistik (tulis, televisi, dan foto) yang masuk, hanya sedikit yang dapat menggambarkan persoalan perubahan iklim secara mendalam dan utuh. Salah dari yang sedikit tersebut adalah karya berjudul "Desa Mekarjaya dari Desa Pembalak ke Pelestari Lingkungan" karya Irvan Imamsyah (portalkbr.com) yang menjadi pemenang.

Padahal dampak dari perubahan iklim tersebut akan dirasakan langsung oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. peneliti dari Universitas California Eugene Cordero menyatakan bahwa peristiwa cuaca ektrim seperti kekeringan pada musim kemarau akan memicu berkurangnya produktifitas tanah pertanian.

Sementara itu badan antariksa Amerika Serikat NASA memperkirakan bahwa akibat perubahan iklim, wilayah Asia Tenggara akan kekurangan air segar pada 2050, wilayah pantai terancam karena permukaan air laut semakin naik, dan angka kematian akibat penyakit yang disebabkan banjir dan kekeringan juga meningkat.

Nasib Asia Tenggara sedikit lebih baik karena sekitar 75 juta warga Afrika akan menderita kekurangan air dan lahan pertanian di benua tersebut akan kehilangan produktifitas sebesar 50 persen pada 2020. (G005/A029)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013