Nairobi (ANTARA News) - Penyelidikan para ahli di pusat perbelanjaan Westgate di Nairobi, ibu kota Kenya, setelah serangan mematikan oleh kelompok militan pada September, berakhir, demikian diumumkan pemerintah Kenya, Rabu.

Namun, dengan bagian belakang gedung roboh setelah kebakaran besar akibat pertempuran hebat antara militan dan pasukan keamanan, pembukaan kembali mall empat lantai itu akan memakan waktu lama, lapor AFP.

"Westgate Mall tidak lagi menjadi lokasi kriminal," kata juru bicara pemerintah Manoah Esipisu. "Puing-puing telah dibersihkan dan aman pergi ke sana."

Sejumlah detektif asing membantu polisi Kenya memeriksa puing-puing mall yang hangus untuk mencari bukti.

Sedikitnya 67 orang tewas dalam krisis empat hari itu, yang diklaim oleh kelompok militan Somalia Al-Shabaab. Palang Merah Kenya menyatakan, sekitar 20 orang masih belum ditemukan.

Interpol membantu Kenya berusaha mengidentifikasi empat mayat yang ditemukan dari reruntuhan dan menduga mereka adalah militan bersenjata.

Seluruh orang bersejata dalam serangan di Westgate Mall -- yang jumlahnya hanya empat, tidak selusin seperti yang dilaporkan pasukan keamanan sebelumnya -- diketahui telah tewas dalam serangan itu.

Empat orang juga telah ditahan dan dituduh membantu para penyerang, namun mereka semua mengaku tidak bersalah.

Al-Shabaab mengejutkan dunia dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013