Pariwisata Bali itu hendaknya jangan yang dapat merusak diri ataupun lingkungan. Dengan mengikuti tren back to nature atau kembali ke alam, tentu akan lebih banyak wisatawan yang datang
Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mendorong adanya regulasi di Provinsi Bali yang mengatur lebih banyak penggunaan produk herbal dalam industri pariwisata Bali, sejalan dengan upaya untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

"Pariwisata Bali itu hendaknya jangan yang dapat merusak diri ataupun lingkungan. Dengan mengikuti tren back to nature atau kembali ke alam, tentu akan lebih banyak wisatawan yang datang," kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses di Denpasar, Senin.

Pastika menyampaikan hal itu saat mengadakan reses ke tempat usaha PT Arjuna Yoga Sakti yang dimiliki Nengah Wijana di Jalan Gunung Guntur, Kota Denpasar, yang sudah sejak 2006 memproduksi sejumlah produk perawatan kulit berbahan herbal dan kebutuhan spa.

Menurut Gubernur Bali periode 2008-2018 itu, dengan penggunaan produk herbal dan meminimalkan penggunaan produk kimia, juga dinilai penting dalam menjaga kesehatan dan sekaligus kita dapat menjaga kelestarian berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat.

"Bali memiliki SDM yang berkualitas, budaya yang adiluhung, dan alamnya yang indah. Ini harus terus dijaga karena itu pula yang menjadi keunikan Bali. Kalau kita unik, serta bisa menawarkan kesehatan jasmani dan rohani, wisatawan akan semakin tertarik datang ke Bali," ucapnya.

Terlebih, kata dia, spa ala Bali yang memang sudah sangat dikenal dunia, sehingga sangat tepat kalau menggunakan produk-produk herbal. Apalagi spa-spa yang ada di hotel bisa dianjurkan penggunaan produk herbal, sekaligus langkah ini dapat membantu UMKM menjadi lebih berkembang.

"Paparan bahan kimia pada kulit misalnya dalam sabun mandi dan produk perawatan kulit, diantaranya dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit. Oleh karena itu, penggunaan produk sabun maupun perawatan kulit berbahan herbal dan telah melalui riset, dapat menghindarkan kita dari risiko kanker kulit," ujar mantan Kapolda Bali itu.

Mangku Pastika dalam kesempatan itu juga mengaku salut dengan usaha yang telah digawangi Nengah Wijana itu karena selain memanfaatkan hasil alam juga diproduksi dengan melibatkan tenaga ahli dan produknya juga telah mengantongi izin edar BPOM itu.

"Di sini ada apotekernya, tentu akan sangat bagus sebab akan lebih terjamin kualitas produknya dan keamanannya," katanya.

Sementara itu Nengah Wijana menyampaikan usaha yang dirintisnya memanfaatkan bahan lokal seperti kelapa, minyak atsiri, sejumlah jenis daun, dan sebagainya.

"Bahan bakunya didatangkan dari sini (Bali), kekurangannya baru didatangkan dari Jawa dan Sulawesi. Jadi tergantung pesanan," ujar Wijana yang memiliki misi menyediakan kosmetik terbaik yang bermanfaat dan ramah lingkungan serta membuka lapangan kerja ini.

Untuk pemasaran, dominan terserap di sektor pariwisata seperti spa, hotel, artshop dan toko oleh-oleh. Juga ada ekspor ke China dan produknya juga digemari pasar Eropa.

"Proses produksi kami lakukan di Singaraja, Kabupaten Buleleng. Kami sengaja membuka pabrik di kampung agar sekaligus dapat membuka lapangan kerja," ucap Wijana yang mempekerjakan 35 orang pekerja itu.

Sebagai upaya memperluas pasar, pihaknya juga sudah menjual produknya melalui sejumlah marketplace sehingga produk sabun, body butter, aroma terapi, scrub dan sebagainya itu lebih banyak diminati konsumen.

Wijana juga berharap pemerintah dapat lebih peduli mengangkat produk-produk herbal yang diproduksi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Baca juga: Pengusaha muda Bali angkat potensi rempah jadi produk kecantikan
Baca juga: Minyak oles Bokashi dari Bali didaftarkan di empat negara
Baca juga: Prof Ttakashi: Bali produksi produk obat herbal
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika didampingi staf ahli berfoto bersama pemilik dan perintis PT Arjuna Yoga Sakti Nengah Wijana dan para pekerjanya di Denpasar, Senin (8/4/2024). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024