Jakarta (ANTARA) - Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat menyimpan beragam cerita dari para insan yang menginjakkan kaki di sana khususnya selama Ramadhan tahun ini. Ada sosok yang menanti perjumpaan dengan sang putra hingga mereka yang menunggu dikabulkannya doa oleh Sang Khalik.

Sulis duduk berselonjor di salah satu tiang area shalat perempuan Masjid Istiqlal  pada Senin (8/4) sore itu. Sembari membiarkan mukena masih melekat di tubuhnya, dia membuka ponsel pintarnya lalu bergumam tentang sosok putra yang tak kunjung datang menjemputnya.

Perempuan asal Madiun, Jawa Timur, yang kini tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat, itu rupanya mempunyai janji temu dengan putranya yang kini sudah menikah selepas shalat Ashar.

Jam di dinding Masjid Istiqlal saat itu sudah menunjukkan pukul 14.11 WIB. Ini artinya Sulis masih harus menunggu sekitar 1 jam hingga dapat bertemu sang putra.

Usai menatap layar ponsel, perempuan 63 tahun itu lalu membahas tentang penentuan 1 Syawal 1445 Hijriah atau Idul Fitri.

Dia berharap Lebaran jatuh pada hari yang sama dengan di Arab Saudi, kendati biasanya dia akan mengikuti waktu Lebaran yang ditentukan Pemerintah melalui sidang isbat.

Pemerintah melalui Kementerian Agama dijadwalkan melaksanakan sidang isbat penentuan 1 Syawal atau Idul Fitri 1445 Hijriah pada 29 Ramadhan atau 9 April 2024.

Kemudian, berbicara Arab Saudi, terutama dua kota suci Umat Islam yakni Makkah dan Madinah, Sulis bisa dibilang relatif paham seluk beluk keduanya.

Dia pernah sekitar 10 tahun bekerja di sana, sebagai karyawan salon khusus perempuan. Kali terakhir dia menginjakkan kaki di Makkah dan Madinah pada tahun 2022 untuk melakukan ibadah umrah.

Sekilas membahas pengalaman bekerja menangani para perempuan di Arab Saudi, Sulis mengakui mereka begitu peduli untuk tampil cantik.

Salah satu yang kerap mereka lakukan yakni meminta Sulis menyingkirkan rambut-rambut di bagian lengan, tangan, dan sekitar wajah. Sebagian perempuan Arab, mereka juga menyemir rambut dan alis mereka. Khusus untuk alis, mereka juga suka dibuat agar tampilannya menonjol.

"Mereka lebih-lebih (peduli soal kecantikan)," kata Sulis.

Cerita Sulis tentang bekerja di Arab Saudi jauh dari kesan pilu seperti yang dialami sebagian tenaga kerja asal Indonesia lainnya. Dia mengaku punya kesempatan berkali-kali umrah dan satu kali haji selama bekerja.

Sulis menjadi satu dari sekian ribu Muslim yang mengunjungi Masjid Istiqlal khususnya pada 10 hari terakhir Ramadhan.

"Saya sudah duluan pulang kampung, sebelum puasa (Ramadhan). Tahun ini Lebaran di sini (Jakarta)," kata dia.

Istiqlal, menurut dia, tak pernah kehilangan daya tarik untuk dikunjungi. Ini bukan kali pertama Sulis menyambangi Istiqlal dan -- bak Makkah serta tiga kota lainnya di Arab Saudi --, dia pun mengaku paham lingkungan masjid rancangan arsitek Friedrich Silaban tersebut.

Azan berkumandang, menandakan waktu shalat ashar telah tiba. Kerutan di dahi Sulis sedikit berkurang. Sang putra mengabarkan dirinya sudah tiba di Istiqlal, namun mata mereka belum saling bertemu.

Di sudut lain Istqlal, ada Rahma asal Bogor, Jawa Barat, yang menyelipkan harap pada Sang Khalik untuk dirinya dan keluarga. Doa perempuan berjilbab itu yakni agar keluarganya sehat, dirinya panjang umur, mendapatkan rezeki yang berkah, secepatnya menemukan belahan jiwa.

Satu hal lagi yang dia inginkan yakni menemukan pekerjaan setelah dibuat pupus harapan di kantor sebelumnya.

Seperti para Muslim lainnya, Rahma (32) juga ingin memanfaatkan Ramadhan sebaik-baiknya, apalagi kala mendapatkan kesempatan beriktikaf di Isiqlal. Dia memperbanyak membaca al-Qur'an, sebuah amalan yang dianjurkan sebagian ulama untuk dilakukan khususnya selama bulan suci.

Tak cukup sampai shalat tarawih berjamaah, Rahma melanjutkan dengan iktikaf, sebuah kegiatan yang lazim dilakukan Muslim pada 10 malam terakhir Ramadhan.

"Meski iktikaf sendirian, saya tidak merasa kesepian karena banyak bertemu dengan jamaah lainnya," kata dia.

Bermalam di Istiqlal membuatnya mengeluarkan secuil unek-unek tentang tempat wudhu dan toilet masjid yang terbatas di lantai dasar sehingga menyebabkan antrean panjang jamaah wanita.

Akan tetapi itu hanya sepotong kecewanya. Toh itu tak mengurangi kekhususan memanjatkan doa selama ia di sana.

Sementara itu, ada lagi sosok yang juga menantikan harapannya terkabul tahun ini. Rina saat ini masih lajang dan berharap segera bertemu dengan jodohnya. Senada dengan Rahma, dia juga tak ketinggalan memanjatkan doa pada Allah Swt. agar rezekinya lancar.

Rina menyempatkan diri berbuka puasa di Istiqlal, dan bertahan di sana hingga menyelesaikan 23 rakaat shalat tarawih dan witir. Kata syukur dia ucapkan karena bisa merasakan shalat sunah berjamaah di Istiqlal yang dikenal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.


Istiqlal di penghujung Ramadhan

Pada 10 malam terakhir Ramadhan identik dengan kegiatan iktikaf di masjid dan Istiqlal membuka pintu bagi Muslim yang beritikaf di sana. Wakil Kepala Bidang Penyelenggara Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abd. Salam menyebut lebih dari 1.000 orang berdiam diri di Istiqlal.

Dia lalu merinci Muslim yang iktikaf ini terbagi menjadi tiga yakni 500 orang terdiri atas 300 wanita dan 200 pria peserta program iktikaf yang difasilitasi Badan Pengelola Masjid Istiqlal, Muslim iktikaf mandiri dengan jumlahnya dua hingga tiga kali lipat peserta program serta VIP.

Sesuai namanya, saat iktikaf, Muslim lebih banyak menghabiskan waktu di masjid, misalnya, untuk berzikir, membaca Al-Quran dan mengkaji ajaran Islam.

Namun, dia mengingatkan bahwa saat beriktikaf tak berarti seorang Muslim sama sekali tak boleh meninggalkan masjid.

"Karena dia tidak mau keluar masjid akhirnya pesan makanan secara daring. Bukan begitu seharusnya," kata dia.

Ramadhan memang sudah hampir berakhir dan para Muslim masih punya kesempatan memanfaatkan sebaik-baiknya detik-detik terakhir bulan diturunkannya al-Qur'an itu.

Abu mengingatkan Muslim untuk tetap menjalankan dua amalan pokok di bulan suci ini yaitu berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari untuk shalat tarawih atau tahajud. Dosa-dosa yang diperbuat pada masa lalu akan dihapus dan ini ganjarannya luar biasa bagi seorang hamba.

Di sisi lain, ada sosok-sosok yang menanti harapan mereka terwujud sepeninggal Ramadhan. Semoga Allah mengabulkan.


Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024