Jakarta (ANTARA) -
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengajak umat Islam di Tanah Air untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik di momentum Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah pada Rabu (10/4) esok.
 
"Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk merenung dan memohon ampunan. Mari introspeksi diri, memperbaiki kesalahan, dan memaafkan dengan tulus," kata Ashabul dalam video singkat, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Selasa.
 
Ia pun mengucapkan selamat merayakan Idul Fitri kepada seluruh umat Islam di Indonesia.
 
"Taqobalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amalan dari kami dan darimu sekalian)," ucap dia.

Baca juga: Dokter mata: Waspadai kebutaan akibat petasan

Baca juga: ASDP angkut 682.657 pemudik arah Jawa-Sumatera jelang H-2 Lebaran
 
Sebelumnya, Kementerian Agama menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah atau Idul Fitri 2024 Masehi jatuh pada Rabu (10/4) setelah diputuskan melalui sidang isbat yang digelar di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa malam.
 
"Berdasarkan hisab, posisi hilal wilayah Indonesia yang sudah masuk kriteria MABIMS, serta adanya laporan hilal yang terlihat, disepakati bahwa 1 Syawal tahun 1445 Hijriah jatuh pada Hari Rabu, 10 April 2024 Masehi," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam konferensi pers penetapan sidang Isbat.
 
Dengan penetapan ini maka dipastikan 1 Syawal 1445 Hijriah antara keputusan pemerintah, termasuk Nahdlatul Ulama, dengan Muhammadiyah jatuh pada hari yang sama.
 
Sidang isbat ini diikuti sejumlah perwakilan organisasi keagamaan, BMKG, BRIN, ahli astronomi, perwakilan negara sahabat, dan tamu undangan lainnya.
 
Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Saiful Rahmat Dasuki mengimbau masyarakat untuk tetap tertib dalam meramaikan malam takbiran Idul Fitri 1445 Hijriah.
 
"Kami persilakan (masyarakat menggelar takbiran) tentunya dengan menjaga keamanan dan kenyamanan malam persiapan 1 Syawal," kata Saiful.
 
Dia mengatakan pula berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan dalam memperingati malam takbiran merupakan syiar dan tradisi yang sudah melekat dalam kebiasaan masyarakat, sehingga kebiasaan tersebut tidak bisa dilarang.*
 

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024