Berlin (ANTARA News) - Kanselir Jerman Angela Merkel, Senin, mengatakan dirinya merasa kecewa terhadap Guenter Grass, sastrawan Jerman peraih Nobel Kesusastraan, karena menyimpan rahasia selaku mantan anggota pasukan elite Waffen SS, Nazi, begitu lama. "Andaikan saja kami diberitahu tentang biografinya secara keseluruhan sejak awal, tak akan begini jadinya," jawab Merkel, saat ditanya tentang kehebohan yang dipicu oleh pengakuan terlambat novelis tersebut dalam suatu wawancara surat kabar bulan ini. Dia mengatakan dirinya dapat memahami mereka yang marah akibat sikap bungkam Grass, terutama karena dia sering menyerang mereka yang menurutnya tak bersedia menghadapi masa lalu Jerman yang memalukan semasa perang. "Saya tidak heran dengan adanya kritik yang luas terhadap pengungkapan terlambat rahasia atas fakta biografinya, karena Grass tidak pernah menahan diri dalam mengemukakan pemikirannya dalam masalah lain," ujar Merkel, seperti dilansir AFP. Merkel, seorang Kristen Demokrat dari bekas Jerman Timur, dan Grass, pendukung Sosial Demokrat sejak lama yang telah menetap di Jerman Barat seusai perang, sering berselisih pendapat dalam berbagai isu politik. Dia menceritakan bahwa dia sangat tidak setuju dengan sikap keras Grass yang menentang penyatuan Jerman pada 1990, dengan alasan reunifikasi Jerman akan menyebabkan bangkitnya kembali kekuatan hegemonis di jantung Eropa. Penulis berusia 78 tahun ini mengejutkan masyarakat Jerman pada awal bulan ini dengan mengakui dalam wawancara suratkabar menjelang rilis memoar barunya, "Peeling Onions", bahwa dia pernah menjadi anggota pasukan elite Waffen SS saat usianya menginjak 17 tahun pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia ke-II, meskipun dia mengatakan tidak pernah menembakkan satu butir peluru pun selama berada dalam korps tersebut. Ia mengakui telah bertindak "sangat terlambat atau terlalu lambat" dengan menunggu selama lebih dari 60 tahun untuk membeberkan rahasianya, namun menambahkan dirinya yakin telah mengabdikan hidupnya sejak usainya perang untuk mendesak Jerman agar mau mengakui sejarah masa lalunya di bawah Nazi. Grass menjadi terkenal dan mendulang sukses setelah terbitnya novel "The Tin Drum" pada 1959, yang mengupas warisan yang ditinggalkan Nazi Jerman. (*)

Copyright © ANTARA 2006