Muara Teweh (ANTARA News) - Puluhan ribu ton batubara menumpuk dalam sebulan terakhir di Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalteng, karena tidak terangkut menyusul terjadinya pendangkalan Sungai Barito. Wartawan ANTARA di Muara Taweh, Selasa, melaporkan bahwa puluhan ribu ton batubara itu menumpuk di penampungan-penampungan milik perusahaan tambang batubara yang berada di dua kabupaten tersebut. Sejumlah perusahaan tambang batubara selama ini masih mengandalkan angkutan sungai melalui sungai Barito untuk mengangkut hasil produksi batubara ke luar daerah. Sementara saat musim kemarau ini terpaksa angkutan tongkang yang biasa membawa ribuan ton batubara terhenti kegiatannya karena sungai Barito dangkal. "Saat ini selain banyaknya batubara yang menumpuk juga sejumlah tongkang tanpa muatan terperangkap," kata seorang warga. Penumpukan antara lain terjadi di penampungan milik PT Marunda Graha Mineral (MGM) perusahaan pemegang ijin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) yang berada di wilayah Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya. Batubara yang tidak terangkut di pelabuhan PT MGM mencapai 60.000 ton dan biasanya perusahaan ini mengangkut batubara setiap hari dengan tongkang bermuatan 3.000 ton. "Meski sudah sebulan terakhir menumpuk, namun batubara tersebut tidak terbakar karena kadarnya cukup baik di atas 6.000 kalori," kata Rizalfi Staf Teknis Lalu Lintas Sungai pada Dinas Perhubungan Barut. Sedangkan di wilayah Barut ada PT Victor Dua Tiga Mega (VDTM) dengan tumpukan batubara sekitar 20.000 ton dan sejumlah perudahan lainnya seperti PT Suryabara Tambang Andalas (STA) dan PT Rizki Tambang Semesta (RTS) yang merupakan perusahan pemegang ijin kuasa pertambangan (KP). Selain itu perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Antang Ganda Utama membawa minyak sawit mentah (CPO) dan perusahaan HPH mengalami kendala angkutan sungai untuk ke luar daerah. Sementara transportasi barang dan penumpang melalui jalan darat tetap normal karena akses jalan darat baik ke luar dan masuk Muara Teweh tidak terganggu.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006