Penurunan cadangan devisa kami lihat dapat berlangsung sampai akhir kuartal II-2024 karena selain masih tingginya ketidakpastian global terutama terkait ekonomi AS dan arah suku bunga the Fed, terdapat kebutuhan dividend and coupon payment ke non-res
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Josua Pardede mengatakan pelemahan cadangan devisa RI berpotensi berlangsung sampai kuartal II-2024 karena masih tingginya ketidakpastian global dan kebutuhan impor dalam pengendalian inflasi domestik.

"Penurunan cadangan devisa kami lihat dapat berlangsung sampai akhir kuartal II-2024 karena selain masih tingginya ketidakpastian global terutama terkait ekonomi AS dan arah suku bunga the Fed, terdapat kebutuhan dividend and coupon payment ke non-resident," kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Kepala ekonom Bank Permata itu menuturkan penurunan cadangan devisa juga berpotensi terjadi karena ada kebutuhan pembayaran pokok utang luar negeri (ULN).

Baca juga: Pengamat: Atur 'capital outflow' antisipasi imbas konflik Iran-Israel

Selain itu, ketidakpastian terkait pemerintahan baru juga akan berangsur menurun sehingga dapat memicu investasi asing langsung ke dalam negeri.

Terbukanya ruang pemotongan suku bunga global yang berdampak pada pelemahan dolar AS akan berdampak positif pada harga komoditas sehingga dapat menopang kinerja ekspor.

Pada akhir tahun, Josua memprediksi cadangan devisa Indonesia berada di kisaran 150 miliar dolar AS sampai dengan 152 miliar dolar AS.

Pada akhir Maret 2024, posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi sebesar 140,4 miliar dolar AS, meski menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar 144,0 miliar dolar AS.

Baca juga: BI catat cadangan devisa RI capai 140,4 miliar dolar AS per Maret 2024

Ia memperkirakan masih akan ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Meski demikian, ia menyakini Bank Indonesia (BI) akan hadir di pasar untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

BI juga akan memperkuat strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Hingga 19 Maret 2024 lelang Sekuritas Rupiah BI (SRBI) mencapai Rp409,38 triliun guna mendukung pendalaman pasar uang dan aliran modal asing masuk ke dalam negeri.

Pada periode yang sama, posisi Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar 2,31 miliar dolar AS, dan 387 juta dolar AS.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024