Jika ada konflik akan mengakibatkan ketidakpastian global yang berakibat pada pelemahan rupiah dan mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi
Jakarta (ANTARA) -
Analis ekonomi keuangan Rully Nova mengatakan konflik Iran dan Israel berpotensi mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia karena dapat memicu kenaikan harga energi dan inflasi.
 
"Jika ada konflik akan mengakibatkan ketidakpastian global yang berakibat pada pelemahan rupiah dan mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi," kata Rully kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
 
Analis Bank Woori Saudara itu menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbesar masih ditopang oleh pengeluaran domestik terutama konsumsi masyarakat.
 
Namun, dengan tren tingkat inflasi yang naik akan mengganggu tingkat konsumsi masyarakat, ditambah lagi dengan konflik Iran dan Israel yang akan mendorong lonjakan harga energi dan inflasi.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.

Baca juga: Ekonom perkirakan BI pangkas BI-Rate hingga 50 bps pada 2024

Baca juga: Ekonom: Indonesia berisiko hadapi "twin deficit"
 
Konflik terbaru antara Iran dan Israel dipicu oleh serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.
 
Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan ratusan rudal balistik dan pesawat tanpa awak (drone) ke Israel pada Sabtu (13/4) malam waktu setempat.
 
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah terus mencermati tingkat suku bunga, harga minyak, dan biaya logistik global serta penyerapan Surat Berharga Negara (SBN) untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari konflik Iran-Israel tersebut.
 
“Yang sekarang kami jaga yang paling penting adalah biaya logistik. Nah kalau biaya logistik, kemarin sebelum ada konflik Iran-Israel saja sudah naik akibat (serangan) Houthi dan juga yang lain,” katanya di Jakarta, Selasa (16/4).
 
Airlangga juga menyatakan bahwa pemerintah juga berupaya menjaga biaya transportasi karena berpotensi terdampak kenaikan biaya bahan bakar minyak (BBM) akibat tensi geopolitik dunia yang semakin memanas.
 
Pihaknya berharap pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga domestik dapat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global saat ini.

Baca juga: Pemerintah baru diminta seimbangkan rencana belanja dan defisit fiskal

Baca juga: Ekonom: Konflik Iran-Israel akan picu kenaikan harga minyak dan emas

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024