Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR Tifatul Sembiring menilai pasokan batu bara di Indonesia berpotensi menjadi solusi atas kemungkinan krisis energi nasional di masa depan.

“Berkaca dari PTBA (PT Bukit Asam Tbk) saja, cadangan batu baranya diperkirakan bertahan hingga 100 tahun mendatang,” kata Tifatul dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Meskipun berlimpah, Tifatul mengatakan tak menutup mata atas rekomendasi dari Konferensi Perubahan Iklim oleh PBB (COP 28), soal keinginan untuk mengurangi emisi karbon dari energi fosil seperti batu bara.

"Saat ini sudah ada teknologinya, seperti menghambat debu-debu (batu bara) agar tak beterbangan. Juga, supaya polusi yang dihasilkan juga tidak terlalu tinggi dan mampu mereduksi kadar emisi karbon itu di udara," kata dia.

Baca juga: Bukit Asam manfaatkan bekas tambang jadi pusat persemaian dan wisata

Meski rekomendasi pengurangan emisi karbon ketat di negara Barat, Tifatul menyoroti negara-negara Eropa sempat tak berdaya kala perang antara Rusia-Ukraina berefek ke distribusi jaringan gas kontinen itu.

"Mereka pun menggunakan batu bara karena tidak ada alternatif lain untuk energi ini, apalagi masuk musim dingin kemarin," ujarnya.

Dengan operasional PTBA yang aktif serta diversifikasi bisnis ke sektor listrik melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Tifatul cukup optimis dengan masa depan industri batu bara.

"Saya pikir kalau dengan pembangunan PLTU-PLTU besar di sini, kalau itu berlebih bebannya bisa diekspor ke Jawa dan seluruh Sumatera," kata Tifatul.

Ia menilai kawasan Sumatra serta Kalimantan sangat strategis dalam memasok kebutuhan energi nasional. Sebab, keduanya dikenal sebagai lumbung energi Indonesia dengan menghasilkan banyak komoditas baik dari minyak, gas bumi, dan batu bara.

Baca juga: Bukit Asam cetak laba bersih Rp6,1 triliun selama 2023

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024