Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Rapat panitia pengarah Forum Budaya Dunia (WCF) menghasilkan keputusan bersama yang disebut Bali Promise. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, yang juga hadir, di arena itu, Minggu (24/11), mengatakan, alasan memakai kata promise dan bukan declaration karena deklarasi biasanya inisiatif yang sering terikat masalah politik.

Istilah promise alias janji lebih tepat dipakai untuk memperlihatkan keragaman budaya yang dihadapi dalam forum budaya internasional. Bali Promise akan disampaikan pada hari Selasa (26/11) saat penutupan WCF, yang diikuti 35 negara itu.

Rapat berlangsung pada Minggu itu, tidak lama sebelum makan malam resmi, di Garuda Wisnu Kencana. WCF berlangsung pada 24–27 November 2013.

Nuh lebih jauh mengekspresikan kebanggaannya terhadap WCF, sebagai forum budaya internasional perdana di Bali itu. 

"Saya percaya forum bergengsi ini memberikan kontribusi signifikan mengharmoniskan warna-warna budaya di dalam komunitas dunia. Tentu saja, ini pertama kalinya keberagaman budaya dunia dibahas sebagai isu penting, melengkapi pembangunan global secara menyeluruh," kata dia.

Tujuan utama WCF mempromosikan budaya tidak hanya sebagai elemen konektivitas sosial tapi juga salah satu pendukung penting memperkuat globlalisasi. 

"Dengan kata lain, diskusi antar budaya memilik potensi untuk menciptakan sesuatu yang tidak layak menjadi sebaliknya," kata dia. 

Ini waktunya bagi komunitas dunia untuk bertransformasi menjadi peradaban baru. "Khususnya dalam globalisasi sekarang ini di mana dunia secara berangsur-angsur menjadi lebih dinamis karena perdagangan tanpa batas dan perjalanan," kata dia. 

Nuh juga menekankan, keseragaman budaya seharusnya tidak ada karena bertentangan dengan hakikat budaya yang beragam. (*)

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013