Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia diminta melakukan tindakan yang lebih agresif dalam mengendalikan penularan virus flu burung (Avian Influenza/AI) yang hingga saat ini masih menjadi ancaman di 29 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. "Harus lebih agresif lagi karena hingga saat ini masih banyak kasus pada manusia yang berakibat fatal," kata ahli veteriner Food and Agriculture Organization (FAO) John Weaver usai pertemuan antara pemerintah Indonesia dan mitra kunci pemerintah dalam pengendalian flu burung, di Jakarta, Kamis. Senada dengan John, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Andrew Steer juga mengemukakan bahwa pemerintah Indonesia harus berusaha lebih keras untuk menanggulangi penyakit mematikan yang ditularkan oleh unggas itu. "Kemajuan yang signifikan memang sudah ada tetapi masih dibutuhkan upaya yang lebih keras lagi karena meskipun tidak buruk namun apa yang dilakukan pemerintah belum bisa dikatakan bagus," katanya. Ia mengatakan respon pemerintah Indonesia terhadap penularan virus AI yang cenderung pasif harus diubah agar virus influenza tipe A subtipe H5N1 itu tidak lagi menjadi ancaman bagi warganya. "Tiga bulan lagi semoga kondisinya lebih baik. Persepsinya juga diharapkan lebih baik dari sekarang. Kami akan memberikan dukungan baik yang berupa bantuan teknis atau yang lainnya," kata Andrew. Dia mengemukakan hal itu karena meski saat ini situasi penularan virus H5N1 di Indonesia dinilai sudah mengkhawatirkan namun pemerintah belum mengalokasikan cukup anggaran untuk mengendalikan penularannya. Pemerintah Indonesia, ia melanjutkan, bahkan justru menurunkan alokasi anggaran untuk pengendalian flu burung dari 54,4 juta dolar AS pada tahun anggaran 2006 menjadi 46,5 juta dolar AS pada tahun anggaran 2007. "Dana yang dibutuhkan untuk ini seharusnya 250 juta dolar AS per tahun tetapi hingga saat ini pemerintah baru mengalokasikan dana kurang dari 100 juta dolar AS per tahun, itupun justru diturunkan pada 2007," ungkapnya. Padahal, menurut dia, flu burung tidak hanya mengancam keselamatan jiwa manusia namun juga mengancam pertumbuhan perekonomian Indonesia. "Bila ancaman penyakitnya bertambah parah maka kondisi perekonomian juga akan terpengaruh karena itu seharusnya anggarannya ditingkatkan dan upayanya diperkeras," katanya. Sementara itu hingga saat ini kondisi penyakit infeksi virus influenza tipe A subtipe H5N1 di Indonesia belum bisa dikatakan mereda. Menurut Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza, 29 dari 33 provinsi di Indonesia telah menjadi daerah endemi infeksi virus flu burung pada unggas. Jumlah kasus infeksi virus flu burung pada manusia pun masih terus muncul secara sporadis di berbagai daerah dan saat ini jumlah pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus H5N1 sebanyak 62 orang dan 47 di antaranya meninggal dunia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006