Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membekali tim pendamping keluarga (TPK) dengan pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning untuk mengukur bayi di bawah lima tahun (balita) di posyandu.

"Kita akan menggunakan satu pendekatan yang tidak baru, tetapi mungkin di dalam menjangkau para pendamping keluarga termasuk baru, yaitu problem based learning yang berbasis masalah, kemudian dari masalah itu kita temukan penyebabnya, dan kita selesaikan," kata Hasto dalam kelas TPK hebat yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.

Kelas TPK Hebat edisi khusus dengan tema "Kenali lebih dekat penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi badan" digelar oleh BKKBN untuk memberi edukasi tentang pengukuran berat dan tinggi badan balita.

Menurut Hasto, pembelajaran berbasis masalah ini dapat menghasilkan intervensi terhadap balita, utamanya yang berisiko stunting atau tengkes dengan lebih tepat sasaran.

"Contoh sederhana kalau ada orang sakit, misal gejalanya panas, maka kita mempelajarinya berdasarkan masalah panas tersebut, termasuk jenis yang seperti apa, kemudian cocok dengan teori yang mana. Jadi gejalanya dulu yang ditelusuri, penyebabnya apa," ucapnya.

Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya kesamaan pengukuran balita di posyandu
Baca juga: BKKBN: Urbanisasi berdampak positif jika masyarakat punya keterampilan


Menurutnya, tugas TPK, penyuluh, dan kader memang sangat kompleks, sedangkan gejala-gejala dari stunting misalnya, butuh diteliti secara lebih detail, untuk itu pelatihan-pelatihan seperti dalam kelas TPK hebat sangat diperlukan.

"Orang seringkali terkena penyakit, apabila melihat suatu cara yang sudah biasa dikerjakan, merasa bahwa dia sudah paham, padahal setelah ikut belajar itu ternyata banyak kekurangan. Saya sebagai dokter kebidanan, suatu saat ikut pelatihan pasang KB spiral, saya muncul sombong dulu, tetapi setelah saya ikut pelatihan, banyak sekali hal-hal kecil yang belum saya ketahui," paparnya.

Ia juga menekankan pentingnya tim pendamping keluarga menyosialisasikan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan kepada keluarga untuk mencegah stunting.

"Ingat ya, 1.000 hari pertama kehidupan adalah templat membangun manusia kecil untuk menjadi manusia yang hebat ke depan, jadi jangan pernah punya cita-cita tinggi anak akan hebat jika di 1.000 hari tidak tercukupi kebutuhan nutrisi, kesehatan, dan pengasuhannya," tutur Hasto.

Baca juga: Dokter Hasto beri "tips" jawab "kapan nikah" saat kumpul keluarga
Baca juga: Tenaga medis temukan empat balita di Badui berstatus stunting 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2024