Dhaka (ANTARA News) - Seorang remaja tewas dan 17 orang menderita luka bakar setelah diduga seorang pendukung oposisi Bangladesh melemparkan bom bensin ke dalam bus yang penuh sesak Kamis, di tengah meningkatnya protes-protes terhadap pemilu yang dijadwalkan Januari.

Para penumpang melompat dari jendela --beberapa dilalap api-- pada saat bus berbelok dari jalan dan menabrak sebuah tiang listrik di ibu kota Bangladesh Dhaka, kata polisi.

"Saya membawa empat penumpang di becak saya. Pakaian mereka, kulit dan bagian dari kepala mereka terbakar," kata sopir becak Fara Ali kepada AFP di lokasi serangan. "Itu seperti sebuah adegan yang mengerikan."

Asisten komisaris polisi Shibly Noman mengatakan sedikitnya 17 penumpang dan sopir bus dirawat di Rumah Sakit Dhaka Medical College dengan derajat luka bakar yang berbeda.

"Kami belum menangkap siapa pun sehubungan dengan serangan bom itu. Tetapi kita menduga ini adalah tindakan para pendukung oposisi," katanya.

Penumpang Sushmita Sen terbakar kedua tangannya. "Saya melihat api di dalam bus dan kemudian saya pingsan. Saya bangun dan menemukan diri saya dan ibu saya di tempat tidur rumah sakit," katanya.

Samanto Lal Sen, kepala unit luka bakar rumah sakit itu mengatakan salah satu penumpang - seorang anak 19 tahun - meninggal akibat luka-lukanya pada Kamis malam.

"Setidaknya sembilan penumpang lainnya sekitar 40 persen dari tubuh mereka terbakar. Kondisi mereka sangat serius," katanya kepada AFP, dan menambahkan unit kewalahan dengan banyaknya korban serangan itu.

Salah seorang saksi mata, pekerja toko bunga Anwar Hossain, mengatakan kepada surat kabar Daily Star bahwa ia telah melihat dua orang mengendarai sepeda motor di dekat bus itu, dengan yang duduk di belakang menyulut botol berisi bensin dan melemparkan melalui pintu bus.

Para penumpang adalah korban terbaru dari protes mematikan di negara itu berkaitan dengan rencana pemerintah untuk mengadakan pemilihan umum pada 5 Januari.

Setidaknya 15 orang tewas dan ratusan lainnya terluka sejak Senin malam, setelah aliansi oposisi 18 partai yang dipimpin oleh Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) menyerukan blokade jalan nasional, rel kereta api dan saluran air untuk memprotes tanggal pemilihan.

BNP telah menuntut penangguhan pemilu itu dan pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina. Mereka juga menuntut pemilihan dilakukan di bawah pemerintah sementara yang netral - tuntutan-tuntutan yang telah ditolak mentah-mentah oleh Hasina.


(H-AK)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013