Aden (ANTARA News) - Sembilan orang, termasuk tiga prajurit, tewas Senin dalam bentrokan di daerah Hadramawt, Yaman tenggara, kata sejumlah pejabat.

Sebelumnya Kementerian Pertahanan Yaman mengatakan, bentrokan meletus ketika militan Al Qaida menyerang sebuah pos pemeriksaan militer, lapor AFP.

Namun, Kantor Berita Saba mewartakan kemudian, bentrokan itu terjadi karena perselisihan antara pasukan dan sekelompok orang suku. Enam orang suku dan tiga prajurit tewas dalam insiden itu.

Sejumlah pejabat yang dihubungi AFP juga membantah laporan kementerian pertahanan itu dengan mengatakan, bentrokan terjadi setelah sekelompok orang yang mengawal seorang kepala suku menolak menyerahkan senjata mereka.

Bentrokan antara aparat dan orang suku sangat jarang terjadi di Yaman selatan, dibanding dengan konflik antara pasukan dan militan yang terkait dengan Al Qaida.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013