Perdagangan global membutuhkan partisipasi semuanya (Utara dan Selatan)
Bali (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan negara-negara Utara (negara maju) merupakan mitra dari negara-negara Selatan (negara berkembang) dalam membangun perekonomian dunia yang lebih adil dan inklusif, guna meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan.

Oleh karena itu, Presiden saat membuka Konferensi Tingkat Menteri ke - 9 WTO di Bali, Selasa, menyerukan untuk menolak gagasan pendekatan Utara melawan Selatan yang seringkali diserukan, karena menjadikan keduanya sebagai musuh dibandingkan mitra untuk kesejahteraan.

"Kita seharusnya menolak gagasan Utara melawan Selatan, sebuah terminologi yang membesarkan perbedaan dibandingkan saling mengisi di antara kita. Kita harus saling memandang sebagai mitra," kata Presiden dalam konferensi yang dihadiri oleh delegasi dari 159 negara anggota WTO tersebut.

Dalam konferensi yang akan berlangsung selama 3 - 8 Desember 2013 tersebut, Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan menjadi ketua dan didampingi oleh tiga wakil ketua yaitu Menteri Perdagangan dan Investasi Inggris Stephen Green, Menteri Perdagangan dan Perindustrian Rwanda Francois Kanimba dan Menteri Perdagangan dan Pariwisata Peru Magali Silva Velarde Alvarez.

Presiden mengatakan, kedua kubu, baik utara dan selatan saling membutuhkan dalam perdagangan. Presiden mencatat selama tiga puluh tahun terakhir, negara berkembang telah menjadi pendorong utama dalam pertumbuhan perdagangan. Negara berkembang kini telah mencapai setengah dari total perdagangan dunia, dari sebelumnya 34 persen pada 1980.

"Perdagangan global membutuhkan partisipasi semuanya (Utara dan Selatan)," ujar Presiden.

Untuk itu, Presiden dalam kesempatan itu mengharapkan agar konferensi tingkat menteri tersebut dapat menghasilkan suatu kesepakataan sehingga dapat mendorong kembali kepercayaan terhadap sistem perdagangan internasional, setelah mandegnya kesepakatan putaran Doha.

"Sistem perdagangan internasional pada titik kritis dalam sejarah yang panjang dan menentang. Dalam stagnasi yang panjang, ada risiko komunitas bisnis dapat kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan kita untuk menyelesaikan negosiasi," kata Presiden.

Presiden melanjutkan, "kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kita telah menyelesaikan banyak pekerjaan sulit. Kita dekat dengan pencapaian bersejarah. Bersama, dengan keinginan politik bersama kita, marilah kita raih kesempatan ini. Ini kesempatan kita untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan kepada forum negosiasi perdagangan kita yang berharga".

Presiden dalam kesempatan itu juga mengungkapkan, perdagangan merupakan salah satu bagian penting dalam mengentaskan kemiskinan. Dalam tiga puluh tahun terakhir, menurut Presiden, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan standar hidup, meskipun masih banyak penduduk yang berada di jurang kemiskinan.

Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013