Regulasi ini akan diberlakukan terhadap 7 komoditas dan produk-produk turunannya yang masuk ke Uni Eropa.
Tangerang (ANTARA) - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menggelar seminar "Towards A Sustainable Future Understand EUDR and American Hardwoods" di Tangerang, Banten, untuk meningkatkan pemahaman mengenai kualitas ekspor furnitur dan kerajinan dalam negeri.

Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat, di Tangerang, Selasa, mengatakan bahwa seminar ini juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemahaman pelaku usaha furnitur dan kerajinan, khususnya anggota Asmindo terhadap regulasi anti-deforestasi yang telah disahkan oleh Parlemen Uni Eropa, yang dikenal sebagai European Union Deforestation Regulation (EUDR).

"Regulasi ini akan diberlakukan terhadap 7 komoditas dan produk-produk turunannya yang masuk ke Uni Eropa, yaitu kayu, karet, kopi, kedelai, cokelat, minyak sawit, dan daging sapi," ujarnya pula.

Menurutnya, Uni Eropa saat ini akan melakukan uji tuntas untuk memastikan bahwa komoditas tersebut tidak berkaitan dengan akitivitas deforestasi.

Selain itu, para peserta juga diberikan informasi mengenai jenis-jenis kayu keras Amerika (American hardwood), sehingga diharapkan dapat lebih mengenal American hardwood, sebagai alternatif bahan baku bagi industri furnitur, khususnya untuk pasar Amerika dan Eropa.

"American hardwood memiliki warna dan serat kayu yang variatif serta unik yang berbeda dengan kayu keras Indonesia," ujarnya pula.

Dia menyampaikan bahwa permintaan produk furnitur di pasar global sangat potensial dan masih terbuka lebar. Pada akhir tahun 2023 tercatat pangsa pasar furniture global mencapai angka 729 miliar dolar AS, dan pada tahun 2024 ini diprediksi akan meningkat menjadi 766 miliar dolar AS.

Asmindo telah menargetkan untuk dapat menguasai satu persen dari pasar furnitur dunia. Berdasarkan data tahun 2023, ekspor furnitur Indonesia didominasi oleh furniture kayu, yang memberikan kontribusi sebesar 68 persen dari total ekspor furnitur Indonesia, dan pasar Amerika Serikat menguasai 55 persen dari total ekspor furnitur Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan terbesar furniture Indonesia terdapat pada furnitur kayu, dengan pasar terbesar adalah Amerika Serikat.

Adanya tantangan ketidakpastian perekonomian global, kondisi geopolitik, peperangan, perubahan iklim, yang akhir-akhir ini terjadi, berdampak pada turunnya nilai ekspor furnitur Indonesia.

"Nilai ekspor furnitur Indonesia pada tahun 2023 hanya mencapai 2,1 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan sebesar 23 persen dibandingkan tahun 2022," ujarnya lagi.

Namun demikian Asmindo tetap optimis dapat meraih target satu persen pangsa pasar furnitur dunia, yaitu sekitar 7 miliar dolar AS di masa yang akan datang. Tentu saja hal ini membutuhkan dukungan bahan baku yang memadai, teknologi canggih, dan akses pasar produk Indonesia yang lebih besar, khususnya di Amerika dan Eropa.

Dalam seminar tersebut, dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang berasal dari kementerian terkait (Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), pelaku usaha furnitur dan kerajinan, serta mitra-mitra strategis Asmindo.

American Hardwood Export Council (AHEC) atau Dewan Ekspor Kayu Keras Amerika merupakan asosiasi perdagangan internasional bagi industri kayu keras terkemuka di Amerika Serikat, yang mewakili eksportir, perusahaan industri kayu keras, dan seluruh asosiasi perdagangan produk kayu keras Amerika.

American hardwood yang paling banyak dipesan di Indonesia adalah jenis oak, walnut atau hard maple. Berdasarkan data AHEC, Indonesia merupakan pasar terbesar kedua American hardwood di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa American hardwood cukup diminati oleh pelaku industri furnitur di Indonesia.
Baca juga: Asmindo bahas pengembangan industri furnitur Indonesia di CAFA
Baca juga: Asmindo dukung penggunaan mebel dalam negeri untuk IKN

Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024