Seperti kebanyakan orang di seluruh dunia, saya mengenal Nelson Mandela dari kejauhan, saat dia dipenjarakan di Pulau Robben. Bagi banyak dari kita, dia bukan sekadar manusia, dia juga simbol perjuangan untuk keadilan, kesetaraan, dan martabat di Afrika Selatan dan seluruh dunia. Pengorbanannya begitu besar dalam menyeru orang di mana pun untuk melakukan apa yang mereka bisa demi kamajuan umat manusia.

Dalam cara yang paling sederhana, saya adalah salah seorang dari orang-orang yang berupaya menjawab seruannya. Kali pertama saya aktif dalam politik adalah dalam tahun-tahun selama kuliah, manakala saya bergabung dengan kampanye atas nama kebebasan dan upaya mengakhiri apartheid di Afrika Selatan. Tak ada satu pun halangan pribadi yang saya hadapi sebagai pemuda yang bisa dibandingkan dengan apa yang sehari-hari dialami para korban apartheid, dan saya hanya bisa membayangkan keberanian yang membuat Mandela menghuni sel penjara itu selama bertahun-tahun. Namun keteladanannya telah membantu membangunkan saya akan dunia yang lebih luas, dan tanggung jawab bahwa kita semua mesti berdiri untuk apa yang dipandang baik. Melalui pilihan-pilihannya, Mandela membuat segalanya jelas bahwa kita tak mesti menerima dunia apa adanya, bahwa kita bisa melakukan bagian kita demi mencari dunia sebagaimana seharusnya terjadi.

Selama bertahun-tahun, saya terus menyaksikan Nelson Mandela dengan rasa kekaguman dan kerendahan hati, diilhami oleh kemungkinan yang ditunjukkan oleh hidupnya sendiri dan takjub oleh pengorbanan-pengorbanan yang perlu demi mencapai impiannya akan keadilan dan kesetaraan. Sungguh, hidupnya mengisahkan sebuah cerita yang langsung berhadapan dengan sinisme dan keputusasaan yang begitu sering melanda dunia kita. Seorang tahanan yang menjadi orang bebas; seorang tokoh pembebas yang menjadi penyuara rekonsiliasi yang bersemangat; ketua partai yang menjadi presiden yang telah memajukan demokrasi dan pembangunan. Keluar dari jabatan resmi, Mandela melanjutkan bakti untuk kesetaraan, kesempatan dan harkat manusia. Dia telah berbuat begitu banyak dalam mengubah negerinya, dan dunia, sulit melukiskan sejarah tentang beberapa dekade lalu tanpa dia.

Sekitar dua dekade setelah pertama kali saya memasuki kehidupan politik dan gerakan kebebasan sebagai mahasiswa di California, saya berdiri di bekas sel tahanan Mandela di Pulau Robben. Saat itu saya adalah senator baru terpilih Amerika Serikat. Ketika itu, sel tersebut telah diubah dari penjara menjadi monumen untuk pengorbanan yang dibuat oleh begitu banyak orang atas nama transformasi damai Afrika Selatan. Berdiri di sana di sel itu, saya berusaha membawa diri saya ke hari-hari ketika Presiden Mandela menjadi Tahanan 466/64, suatu masa di mana keberhasilan perjuangannya mustahil terjadi. Saya berusaha membayangkan Mandela --legenda yang telah mengubah sejarah-- sebagai Mandela si manusia yang telah banyak mengorbankan diri untuk perubahan.

Kisah mengenai kehidupan Mandela bukanlah tentang manusia sempurna dan tentang kemenangan tak terelakkan. Ini adalah cerita mengenai anak manusia yang berani mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk apa yang dia yakini, dan yang telah bekerja keras untuk mengantarkan macam kehidupan yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Pada akhirnya, itu adalah pesan Mandela untuk masing-masing dari kita. Kita semua menghadapi hari-hari seolah perubahan itu sulit, yaitu hari-hari manakala lawan kita dan ketidaksempurnaan kita mungkin menggoda kita semua untuk mengambil jalan pintas yang menghindarkan kita dari tanggung jawab kepada yang lainnya. Mandela juga menghadapi hari-hari seperti ini. Tapi, bahkan ketika cahaya kecil menerebos bui Pulau Robben, dia bisa menyaksikan masa depan yang lebih baik, hal pantas didapat dari pengorbanan. Bahkan ketika menghadapi godaan untuk menuntut balas, dia memandang pentingnya rekonsiliasi, dan kemenangan prinsip di atas kekuasaan belaka. Bahkan ketika dia menjumput ketenangannya, dia tetap berusaha mengilhami putra putri sebangsanya untuk mengabdi.

Sebelum keterpilihan saya sebagai Presiden Amerika Serikat, saya dianugerahi keistimewaan besar untuk bertemu dengan Mandela, dan sejak berkantor (berkuasa) saya kadang berbicara dengan dia melalui telepon.  Perbincangan-perbincangan itu biasanya berlangsung singkat, dia telah berada pada masa senja hidupnya, sedangkan saya menghadapi jadwal padat di kantor saya. Namun selalu, dalam perbincangan-perbincangan itu, ada momen-momen saat kebaikan dan kemurahan hati, serta kebijaksanaan memancar dari dirinya.  Itu adalah momen-momen manakala saya diingatkan bahwa di balik sejarah yang tercipta, ada manusia yang memilih harapan di atas ketakutan, kemajuan di atas penjara masa silam. Dan saya diingatkan bahwa sekalipun dia telah menjadi legenda, untuk mengenal orang ini --Nelson Mandela-- adalah dengan menghormatinya lebih dalam lagi.

disadur dari Presiden Barack Obama yang dimuat The Guardian

Oleh Barack Obama
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013