Sayangnya saya harus mengakui bahwa anggota OKI hanya mewakili 11 persen pangsa dari pendapatan nasional bruto dunia."
Istanbul (ANTARA News) - Menteri Ekonomi Turki pada Jumat menyerukan 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyatukan kekuatan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan perdagangan di antara mereka.

Zafer Caglayan membuat pernyataan itu pada konferensi ke-4 Kongres Pengusaha Muda Internasional di Istanbul.

"Saya mengambil keuntungan dari kongres ini dan menyerukan kepada negara-negara anggota OKI. Mari kita menyatukan kekuatan kita dan meningkatkan hubungan perdagangan kita sementara menghilangkan hambatan perdagangan yang ada," kata Caglayan yang dilansir Xinhua.

Ketika memperhatikan volume perdagangan OKI, organisasi internasional terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan ekonomi dari negara-negara anggotanya, Caglayan mengatakan situasi yang sangat tidak menyenangkan.

"Sayangnya saya harus mengakui bahwa anggota OKI hanya mewakili 11 persen pangsa dari pendapatan nasional bruto dunia. Perdagangan intra mereka nyaris hanya mencapai 17 persen, sedangkan perdagangan domestik antara negara-negara Uni Eropa bahkan melampaui 70 persen," kata Caglayan.

Volume ekspor Turki memecahkan rekor sejarahnya 13,8 miliar dolar AS pada November, Caglayan mengatakan, menambahkan bahwa berdasarkan pertumbuhan dalam ekonominya, Turki sekarang siap untuk menyediakan semua dukungannya terhadap negara-negara Islam untuk membantu mereka meningkatkan volume perdagangan mereka.

Krisis keuangan global pada 2008 telah mengubah definisi kapitalisme dan restrukturisasi bisnis, dan "mulai sekarang, kita harus meningkatkan kecepatan, jika tidak akan di makan yang lain yang paling lambat," Caglayan menyimpulkan.

Sementara itu, Khaled Al-Aboodi, CEO Kerja Sama Islam untuk Pengembangan Sektor Swasta (ICD), setuju dengan apa yang menteri Turki katakan dan mengatakan kepada Xinhua bahwa "kemajuan tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita."

Beberapa negara anggota kami memiliki struktur ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki keragaman, katanya, mencatat bahwa masalah kepabeanan, kesulitan struktural dan hambatan logistik menghalangi perdagangan di antara negara-negara Islam.

Kongres Pengusaha Muda yang diselenggarakan oleh Asosiasi Industrialis dan Pengusaha Swasta Turki itu diikuti 3.000 pengusaha swasta muda. (A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013