Dengan dana desa, yang merupakan sumber sumber pendapatan terbesar desa dengan kapasitas fiskal yang kuat untuk mengatasi kendala permodalan guna mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi lokal di desa
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan menciptakan sinergi untuk mendongkrak perekonomian desa, salah satunya pada Desa Nglanggeran, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Direktur Dana Desa, Insentif, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan Jaka Sucipta mengatakan banyak komponen desa yang memiliki potensi untuk diberdayakan, namun menghadapi tantangan cukup besar dalam mendukung pengembangannya.

Baca juga: DJPb: Penerimaan kepabeanan dan cukai di Sulteng capai Rp578,39 miliar

“Dengan dana desa, yang merupakan sumber sumber pendapatan terbesar desa dengan kapasitas fiskal yang kuat untuk mengatasi kendala permodalan guna mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi lokal di desa,” kata Jaka di Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis.

Pemerintah telah mengalokasikan dana desa senilai Rp813,47 juta untuk menunjang berbagai potensi di Desa Nglanggeran, seperti agrikultur kakao serta daya tarik wisata.

Di samping Dana Desa, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF sebagai special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan juga memberikan dukungan pembiayaan senilai Rp1,5 miliar untuk pembiayaan 24 unit homestay dengan rata-rata tenor 10 tahun.

“Pembiayaan homestay merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan oleh PT SMF sejak tahun 2019, sebagai bagian dari komitmen membantu program pemerintah dalam mendorong ekonomi daerah pada sektor perumahan melalui program homestay di destinasi wisata nasional,” jelas Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo.

Selain PT SMF, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) juga turut mendorong ekonomi Desa Nglanggeran melalui program Desa Devisa.

Baca juga: Kemenkeu: Minat lelang SUN tinggi berkat solidnya perekonomian RI

LPEI memberikan pelatihan manajemen ekspor, pendampingan akses pasar, peningkatan kapasitas produksi, dan pendampingan terkait sertifikasi organik. Dukungan tersebut membantu petani cokelat di Gunung Kidul mengekspor produknya hingga ke Swiss.

“Saat ini, Desa Devisa Gunung Kidul telah berhasil ekspor pertama ke Swiss. Dengan adanya pendampingan dari LPEI maka harapannya warga Desa Nglanggeran mampu melakukan ekspor secara mandiri dan berkelanjutan,” ujar Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI Maqin U. Norhadi.

Sinergi berikutnya berasal dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dengan program pembiayaan ultra mikro (UMi) berperan menyalurkan pembiayaan dan pendampingan kepada pelaku usaha ultra mikro yang belum bisa mengakses perbankan.

Khusus di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, PIP telah menjangkau 16.818 debitur dengan jumlah penyaluran Rp55,24 miliar.

Baca juga: Pemerintah serap dana Rp21,5 triliun dari lelang tujuh seri SUN

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024