Selama ini yang menjadi masalah di Kabupaten Wakatobi, khususnya bagi para petani rumput laut adalah ketersediaan bibit
Wakatobi, Sultra (ANTARA) - Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Haliana menyebut bahwa laboratorium bibit rumput laut dapat membantu memenuhi ketersediaan bibit bagi para petani rumput laut di daerah tersebut.

Bupati Haliana saat ditemui di Wakatobi, Kamis (2/5), mengatakan bahwa permasalahan ketersediaan bibit rumput laut itu kini bisa diatasi dengan fasilitas laboratorium yang diberikan oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan RI untuk pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Wakatobi.

"Selama ini yang menjadi masalah di Kabupaten Wakatobi, khususnya bagi para petani rumput laut adalah ketersediaan bibit," kata Haliana saat mengajak para peserta konferensi internasional Perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15 di Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Ia menyebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bibit rumput laut, para petani biasanya membeli dari daerah tetangga, seperti Kabupaten Buton Utara hingga ke Taliabu, Maluku Utara.

Baca juga: Menteri Marves meresmikan industri hilirisasi rumput laut di Lombok

"Alhamdulillah dengan adanya laboratorium ini kita sudah mulai membuat cikal bakal bibit melalui rekayasa teknologi kultur jaringan, yang kita harapkan ini bisa memberi solusi untuk ketersediaan bibit di Kabupaten Wakatobi," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa keunggulan dari bibit yang diperoleh dari laboratorium tersebut adalah terkait dengan kontinuitas bibit, kemudian bibit rumput laut yang sudah tidak asing lagi dengan laut daerah Kabupaten Wakatobi.

"Jadi, tidak terpengaruh dengan perubahan iklim, kalau dulu diambil dari tempat lain dan kemudian dibawa di kabupaten kita," ungkapnya.

Kemudian, lanjut Haliana, yang tidak kalah penting adalah bibit yang dihasilkan dari laboratorium tersebut merupakan jenis rumput laut eucheuma cottoni. Sementara untuk yang biasa dibudidayakan para petani adalah jenis spinosum, dengan harga yang terkadang mencapai dua kali lipat.
Laboratorium rumput laut di Kabupaten Wakatobi. (ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra)


Dia menjelaskan bahwa di Kabupaten Wakatobi terdapat sekitar 700-an pembudidaya rumput laut yang tersebar dengan potensi garis pantai laut cukup besar sekitar 5.000 hektare.

Baca juga: YKAN galakkan budi daya rumput laut berbasis konservasi

"Ini baru 3.000 hektare yang dimanfaatkan, jadi kita mulai untuk pengembangan besar-besaran, dan tentu itu dimulai dengan kesiapan bibit," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wakatobi Saoruddin menyampaikan proses bibit rumput laut itu dimulai dari indukannya yang diambil dari laut, yang kemudian dikembangkan di laboratorium tersebut.

"Di situ ada proses pengembangannya sampai dia menghasilkan juga sebuah bibit," ucap Saoruddin.

Ia menuturkan bahwa untuk panen bibit tersebut akan dilakukan selama delapan bulan sejak awal dimulai proses pengembangannya, dengan setiap botol itu terdapat sebanyak 15 individu atau bibit.

"Di laboratorium itu ada sebanyak 90 botol, jadi untuk setiap delapan bulan itu bisa menghasilkan sebanyak 1.350 bibit," tambahnya.

Baca juga: Petani rumput laut korban Montara belum terima dana kompensasi 

Pewarta: La Ode Muh. Deden Saputra
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024