Sumber daya alam Indonesia yang banyak ini perlu dikelola secara bijaksana. Ini merupakan kewajiban kita semua untuk memastikan kebutuhan hari ini maupun masa depan tetap ada dan berkelanjutan
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menggalakkan budi daya rumput laut berbasis konservasi mengingat Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar di dunia.

Direktur Eksekutif YKAN Herlina Hartanto mengatakan budi daya rumput laut mempunyai potensi sangat besar untuk menyejahterakan masyarakat pesisir, sehingga budidayanya harus berkelanjutan dengan tidak merusak lingkungan.

"Sumber daya alam Indonesia yang banyak ini perlu dikelola secara bijaksana. Ini merupakan kewajiban kita semua untuk memastikan kebutuhan hari ini maupun masa depan tetap ada dan berkelanjutan," ujarnya dalam acara Thought Leaders Forum (TLF) ke-31 di Jakarta, Rabu.

Sebagai bagian dari segitiga terumbu karang dunia, lanjutnya, Indonesia miliki 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomi tinggi dari sekitar 8.000 jenis rumput laut di dunia. Artinya hampir 10 persen spesies rumput laut berada di perairan Indonesia.

Baca juga: KKP bakal mulai bangun kampung budi daya rumput laut pada 2022

Rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang banyak dibudidayakan di Indonesia memiliki potensi ekonomi sekitar 10 miliar dolar AS per tahun.

Herlina mengatakan budi daya rumput laut saat ini masih banyak menerapkan praktik-praktik yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan botol plastik untuk pelampung rumput laut, penggunaan tali plastik, hingga memandang penyu sebagai hama pengganggu rumput laut.

"Praktik tidak ramah lingkungan ini berbahaya sekali karena merusak alam dan bisa mengganggu produksi maupun kualitas rumput laut. Budi daya rumput laut yang ramah lingkungan harus terus didorong supaya berkelanjutan," ujarnya.

Baca juga: KKP: Proyek Modelling Rumput Laut di Wakatobi telah beroperasi

Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang Imam Fauzi mengatakan Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang terletak di Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan kawasan konservasi perairan terluas di kawasan segitiga terumbu karang dunia dengan luas mencapai 3,35 juta hektare.

Menurutnya, Laut Sawu adalah kawasan strategis karena pertemuan dua arus samudera yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi itu menciptakan kesuburan sangat tinggi, sehingga sangat baik bagi pertumbuhan rumput laut.

"Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini mendorong rumput laut untuk peningkatan nilai ekonomi. Jadi hubungan ekonomi dengan konservasi dan lingkungan harus berimbang," ucapnya.

Budi daya rumput laut yang ramah lingkungan, kata dia, dilakukan dengan memanfaatkan tempurung kelapa sebagai media pelampung budi daya,  tidak merusak ekosistem lainnya (terumbu karang, lamun, mangrove) dan biota laut, tidak menggunakan pupuk, menggunakan kalender musim, dan tidak menggunakan pembatas yang membahayakan biota lain.

Baca juga: KKP sebut rumput laut bisa jadi campuran produk pangan


 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024