Solo (ANTARA) - National Aeronautics and Space Administration (NASA) menggandeng sejumlah pihak mengenalkan penelitian luar angkasa di Solo Technopark, Jawa Tengah, Minggu.

Pada kegiatan seminar Antariksa dengan tema Igniting ASEAN’S Space Exploration Oddyssey di Solo tersebut NASA bekerja sama dengan Voyager Space, NASA HUNCH, Occullospace, PT Ikon Aviasi Indonesia dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Vice President of NASA HUNCH Amerika Serikat Program, Scott Rodriguez mengatakan salah satu misi NASA HUNCH adalah memberdayakan dan menginspirasi siswa melalui program pembelajaran berbasis proyek.

Baca juga: Misi NASA akan kendarai Toyota Lunar Cruiser di bulan

Pada program tersebut, siswa sekolah bisa mengembangkan keterampilan dan memiliki kesempatan untuk meluncurkan aplikasi mereka melalui partisipasi dalam desain dan pembuatan produk bernilai untuk NASA.

"Untuk memulai itu, kami harus menambah sistem edukasi di Indonesia tentang antariksa saat ini, salah satunya dengan meningkatkan ketertarikan para siswa di sekolah menengah tentang space industri sebelum nantinya mereka dapat mengimplementasikan di jenjang perguruan tinggi," katanya.

Pihaknya mencatat hingga saat ini NASA HUNCH sudah memiliki sekitar 500 program yang diimplementasikan di 190 sekolah menengah atas dengan melibatkan 3.200 siswa di lima pusat NASA.

Ia mengatakan program tersebut tersebar di 37 negara bagian di Amerika Serikat. Hingga saat ini ada delapan bidang fokus utama yang dikembangkan oleh NASA HUNCH, yakni perangkat keras atau permesinan presisi, softgoods atau artikel penerbangan yang dijahit, desain dan prototipe, konfigurasi penerbangan, kuliner atau ilmu pangan, video dan media, perangkat lunak, serta ilmu biomedis.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri OculloSpace, Dr Franco Gan mengatakan Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan antariksa.

"Potensi Indonesia sangat bagus, tempatnya juga bagus dengan segala sumber dayanya. Bahkan, bisa membentuk ekosistem industri ruang angkasa, mulai dari pabrik, sparepart, dan semua komponen di Indonesia sudah menyediakan. Bahkan, ini bisa berlaku jangka panjang," katanya.

Baca juga: NASA luncurkan satelit PACE untuk kumpulkan data bumi, perubahan iklim

Meski demikian, katanya, semua butuh proses. Dalam hal ini pendidikan mengenai ruang angkasa dikenalkan sedini mungkin, yakni mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.

"Ini harus berjalan langkah demi langkah. Mulai dari dibangunnya proyek NASA HUNCH dan Occullospace," katanya.

Sementara itu, Dewan Pengarah BRIN Prof Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya.

"Selama ini yang kita lihat kan sumber daya alam, seperti tambang dan lain-lain. Selain itu, juga ada sumber daya laut. Padahal Indonesia juga punya sumber daya angkasa," katanya.

Ia mengatakan melalui acara tersebut diharapkan bisa tersampaikan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa ada sumber daya angkasa yang masih terabaikan.

Baca juga: NASA luncurkan misi baru bantu pembuatan peta 3D Bima Sakti

Baca juga: NASA temukan lubang hitam dengan jarak terjauh yang pernah terdeteksi


"BRIN ke depan harus juga mengeksplorasi sumber daya angkasa atau yang disebut dengan ekonomi ruang angkasa. Misalnya, bicara rocket, ada sumber daya pendukungnya, seperti makanan, baju astronot," katanya.

Untuk pengembangannya akan dilibatkan universitas, yakni mahasiswa dan dosen yang memiliki banyak kreativitas.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024