Kuningan (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan, Jawa Barat, menggandeng pelaku UMKM untuk menyediakan bahan pangan bergizi seimbang bagi ibu hamil dan balita sebagai strategi dalam menurunkan kasus stunting di daerah itu.
 
Penjabat Bupati Kuningan Iip Hidajat di Kuningan, Selasa, mengatakan strategi tersebut telah direalisasikan dalam program Warung Generasi Kuningan Muda Bebas Stunting (Sikuda Salting).
 
Dalam program itu, kata dia, setiap puskesmas beserta pelaku UMKM menjual berbagai bahan pangan segar seperti sayur, daging, hingga buah-buahan dengan harga terjangkau agar bisa dibeli masyarakat.
 
“Warung Sikuda Salting pertama terletak di Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar. Setelahnya akan diikuti di 37 puskesmas lainnya di Kabupaten Kuningan,” katanya.
 
Iip menyampaikan tujuan dari program tersebut adalah mendekatkan akses pangan berkualitas untuk setiap keluarga di tingkat desa dan kelurahan.
 
Selain program itu, Pemkab Kuningan memiliki strategi lain berupa pemberian makanan tambahan (PMT) dari pangan lokal kepada Ibu hamil dan anak-anak.
 
Dia menekankan bahwa kegiatan PMT itu sudah digencarkan serta menjadi salah satu upaya intervensi yang dilakukan untuk mengurangi kasus stunting.
 
“Intervensi terhadap stunting bisa dimulai dengan langkah preventif. Misal saat sebelum wanita menikah dan mengandung dengan memberikan edukasi untuk memiliki kesadaran mengonsumsi makanan bergizi seimbang,” ujarnya.
 
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan dr Susi Lusiyanti menjelaskan sasaran utama program PMT yaitu balita dengan kasus berat badan tidak naik dan berat badan kurang.
 
Ia menuturkan selama dua sampai empat minggu mereka diberikan tambahan berbahan pangan lokal dengan kandungan gizi seimbang.
 
“Balita dengan kasus gizi kurang pun diberikan pangan tambahan selama empat hingga delapan minggu. Kemudian Ibu hamil yang kurang energi kronik diberikan PMT selama 120 hari,” tutur Susi.
 
Ia berharap dengan hadirnya berbagai program itu, status gizi ibu hamil dan balita bisa diperbaiki yang dampaknya mengurangi risiko stunting.
 
“Program ini sangat diperlukan, karena berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan angka stunting di Kabupaten Kuningan sebesar 23,4 persen atau naik 3 persen dari tahun 2022,” ucap dia.

Baca juga: BKKBN Kalsel ajak mitra sinergi tangani 190.707 KK berisiko stunting

Baca juga: Kepala OPD Pemkot Pangkalpinang jadi ortu asuh anak stunting

Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024