Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) menjajaki penukaran ("swap") sejumlah blok migas miliknya dengan setidaknya lima perusahaan multinasional, yakni Shell, Petronas, Anadarko, PTT Thailand, dan Staat Oil. Deputi Direktur Pengembangan Usaha Hulu Pertamina Tri Siwindono di Jakarta, Senin, mengatakan sejumlah blok migas yang ditukar tersebut merupakan bagian dari 15 blok migas yang akan ditawarkan melalui pola kerja sama operasi (KSO) dalam waktu dekat. "Sementara, mereka akan menawarkan blok yang ada di dalam maupun luar negeri," katanya seraya menambahkan bahwa perusahaan asing itu paling meminati blok yang ada di Jawa dan Sumatera. Langkah "swap" itu merupakan upaya Pertamina untuk bisa segera menambah cadangan, meningkatkan pendapatan, sekaligus juga menjaga keamanan suplai energi. Pertamina saat ini sedang mencari investor untuk bekerja sama mengelola 40 blok migas miliknya melalui pola KSO yang tahap awal ditawarkan 15 lapangan, yang terdiri atas sembilan lapangan produksi dan enam lapangan eksplorasi di Sumatera, Jawa, dan Papua. Peminat blok itu mencapai 230 perusahaan, 35 di antaranya perusahaan multinasional. Tri menambahkan Pertamina juga ingin mendapatkan blok migas di wilayah Afrika Utara, Afrika Barat, dan Timur Tengah. Untuk Afrika Utara, pihaknya sedang melakukan penjajakan mengambil blok eksplorasi di Maroko dengan Petronas dan Staat Oil dengan blok produksi di Aljazair. Sebelumnya, Dirut Pertamina Ari Hernanto Soemarno menyatakan Pertamina kemungkinan tidak mengikuti tender wilayah kerja migas yang mulai dibuka pengambilan dokumennya oleh pemerintah pada Senin ini. Menurut dia, selain membutuhkan investasi besar, pihaknya juga akan lebih fokus mengerjakan lapangan-lapangan tua yang dimilikinya melalui pola KSO. Sebelumnya, Pertamina sukses mendapatkan cadangan cukup besar di sejumlah lapangan tua seperti di Cepu dan Pondok Tengah. Ari mengatakan, jika pun akan mengelola wilayah kerja migas baru, pihaknya akan menggunakan sistem berbagi risiko seperti di Malaysia dengan Petronas dan Vietnam dengan PetroVietnam. Ia juga menambahkan, pihaknya keberatan dengan kebijakan pemerintah daerah yang menerapkan pajak pengolahan migas yang bisa menjadi disinsentif investasi. Akibat peraturan itu, "potensial loss" Pertamina per tahun mencapai 60 juta dolar.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006