Tangerang (ANTARA) - Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie menegaskan tidak memberikan tempat bagi warga di daerahnya yang tidak menghormati sesama umat beragama atau intoleransi.

Hal tersebut disampaikan Benyamin menyikapi kasus kekerasan yang menimpa sejumlah mahasiswa saat melakukan ibadah di Jalan Ampera RT 007/RW 002 Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan pada Minggu (5/5).

"Kejadian seperti kemarin jangan terulang di Tangerang Selatan. Jadi, tidak ada tempat di Tangerang Selatan bagi intoleransi," ujarnya di Tangsel, Kamis.

Menurut dia, perbedaan-perbedaan kepercayaan telah disatukan dalam nilai kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan nilai-nilai Pancasila, mulai dari nilai ketuhanan hingga keadilan sosial. "Nilainya itu mempersatukan kita," ucapnya.

"Sejak lahir setiap manusia fitrahnya sudah berbeda. Beda jenis kelamin, agama, ekonomi, berat badan, keturunan, dan lain sebagainya," kata dia.

Baca juga: Polisi usut kekerasan terhadap mahasiswa saat beribadah di Tangsel

Oleh karena itu, ujar dia, perbedaan-perbedaan tersebut sudah tidak perlu dijadikan persoalan di tengah-tengah masyarakat atau bersosial.

"Tidak ada yang perlu dipersoalkan terhadap hal-hal itu. Inilah Indonesia," tuturnya.

Ia pun berharap seluruh masyarakat khususnya warga Tangerang Selatan agar saling menjaga kedamaian, semangat toleransi, serta kerukunan antarumat beragama.

Terkait persoalan yang terjadi di wilayahnya, dia mengatakan ada miskomunikasi antara pihak Rukun Tetangga (RT) dan warga setempat perihal pelaksanaan ibadah, sehingga terjadilah hal yang tidak diinginkan.

Baca juga: Aksi pembubaran ibadah mahasiswa Unpam langgar kebebasan beragama

"Ada komunikasi yang tersumbat antara pihak RT dengan warga di lingkungannya," ujar dia.

Ia mengingatkan kepada RW dan RT untuk sering-sering mengunjungi dan memahami masyarakatnya. Kalau perlu satu per satu orang di lingkungannya didatangi.

"Paling tidak, secara kultural bapak ibu dapat memahami betul apa yang ada di lingkungannya," kata dia.

Kemudian komunikasi dengan lurah dan camat tentang situasi serta kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya.

Sebelumnya, viral di media sosial yang diunggah mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam) mengalami kekerasan hingga pembacokan saat melakukan ibadah.

Baca juga: Polisi tetapkan empat tersangka terkait kekerasan mahasiswa di Tangsel

Dalam video yang beredar, tampak sejumlah mahasiswa ketakutan dikerumuni massa. Beberapa dari mahasiswa tersebut terkena sabetan senjata tajam. Salah satu mahasiswi mengaku ada pihak RT setempat yang turut melakukan persekusi.
 

Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024