Palu (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Perunggasan (APP) Sulawesi Tengah selama enam hari terakhir ini mendukung upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Palu yang mengerahkan sedikit-dikitnya 600 armada dan 300 petugas untuk mengatasi penyebaran flu burung (Avian Influenza/AI) di Palu Barat. "Dukungan APP Sulteng ini akan mempercepat upaya sterilisasi yang dilaksanakan hari ini untuk mencapai angka 100 persen di wilayah proteksi," kata Walikota Palu, Rusdi Mastura, saat meninjau proses penyemprotan di sekitar wilayah serangan AI di Kelurahan Kamonji, Palu Barat, Selasa. Ia mengemukakan, aksi penyemprotan massif tersebut baru dapat dilakukan setelah mendapat dukungan dari APP Sulawesi Tengah (Sulteng) yang mengerahkan sekitar 50 armada dan 200 relawan. Virus penyebab flu burung (H5N1) pertama kali terpantau Pemkot Palu saat menyerang ternak ayam milik warga di Kelurahan Kamonji, dan diumumkan secara resmi 24 Agustus 2006, dan pihak pemkot awalnya baru mampu mengerahkan penyemprotan massif kandang unggas warga hanya sekira lima unit. Mastura mengatakan, setelah wilayah proteksi selesai disteril, maka seluruh kandang-kandang unggas warga di wilayah lain juga dilakukan penyemprotan cairan anti kuman/virus guna mencegah penyebaran AI. Selain itu, ia menegaskan, seluruh camat di wilayah kerjanya telah diinstruksikan membentuk pos komando (posko) terpadu penanggulangan flu burung, seperti yang telah terbentuk di Kecamatan Palu Barat sejak 24 Agustus 2004. "Saya telah menginstruksikan Camat Palu Timur, Palu Utara dan Palu Selatan untuk mendirikan posko mulai hari ini," ujarnya. Posko tersebut, tambahnya, bertugas melakukan penelusuran penyakit dan penyemprotan sekaligus pemusnahan ternak unggas di kawasan terserang AI, karena Kota Palu berstatus KLB (Kasus Luar Biasa) flu burung, serta menjadi pintu utama masuknya unggas di Provinsi Sulteng lantaran memiliki tingkat mobilitas manusia dan barang cukup tinggi. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulteng, dr Abdullah DHSM, M. Kes, mengatakan bahwa kasus positif flu burung berstatus luar biasa jika sudah menjangkit manusia sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan tertanggal 19 September 2005. Kasus flu burung di Palu, menurut dia, pertama kali ditemukan saat lebih dari 20 ayam peliharaan Baharuddin, warga Jalan Datu Pamusu, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, mati mendadak pada 9 Agustus 2006. Laboratorium Kesehatan Hewan Sulteng dan Balai Penyelidikan dan Pengujian Veterinair Maros, Sulsel, saat melakukan uji silang terhadap beberapa sampel ayam dapat menyimpulkan bahwa penyebab kematian unggas tersebut akibat terserang virus H5N1, serta hasilnya diumumkan secara resmi pada Kamis (24/8) lalu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006