Jakarta (ANTARA) -
Sebanyak 18 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Polri mengikuti kegiatan kursus singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan (KNPU), salah satunya mempelajari teknologi drone dalam mengantisipasi serangan teroris.

Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri Komisaris Jenderal Polisi Purwadi Arianto mengatakan saat ini teknologi pesawat tanpa awak atau drone juga digunakan sebagai salah satu sarana untuk melakukan aksi terorisme.

"Pelajaran tentang drone ini dilakukan sebagai antisipasi aksi terorisme," kata Purwadi dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Selasa.

Jenderal polisi bintang tiga itu menjelaskan ke-18 orang mahasiswa STIK Polri itu merupakan mahasiswa angkatan 81 Widya Wira Satya. Mereka mengikuti kursus singkat di Korean National Police University (KNPU) selama empat hari, dari tanggal 13 hingga 17 Mei 2024.

Baca juga: Sebanyak 20 anggota Polri ikuti Program Zemi kerja sama dengan Jepang

Para mahasiswa yang berkesempatan menimba ilmu di Kepolisian Korea terpilih berdasarkan peringkat dan integritas terbaik dari STIK Lemdiklat Pori. Seluruh peserta berstatus anggota Polri aktif.

Latar belakang dilaksanakan kursus singkat tersebut adalah perubahan dinamis dalam tatanan keamanan global, serta kebutuhan akan peningkatan kolaborasi antarnegara dalam memerangi kejahatan lintas batas.

"Indonesia dan Korea Selatan sebagai dua negara di kawasan Asia Pasifik yang strategis menghadapi berbagai tantangan keamanan yang kompleks dan beragam," ujarnya.

Selain itu, lanjut Purwadi, STIK adalah suatu wadah akademis yang memberikan ilmu-ilmu pengetahuan bagi calon-calon pimpinan Polri pada masa depan.

Baca juga: STIK Lemdiklat Polri komitmen cetak calon pemimpin yang mumpuni

Maka dari itu, untuk memberikan bekal yang bersifat global kepada calon pimpinan Polri, perlu adanya sebuah program yang dapat memberikan pengalaman baru dan berbeda.

"Diharapkan pelaksanaan short course ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan tugas ke depan," katanya.

Purwadi mengatakan kuliah internasional tentang teknologi dan sistem kepolisian di KNPU memiliki korelasi dengan tugas kepolisian, terutama dalam rangka membangun kerja sama internasional guna menangani masalah-masalah kejahatan transnasional dan mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis.

Selain teknologi drone, mahasiswa juga mempelajari mengenai forensik untuk mencari barang bukti sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan.

Kemudian, pembelajaran soal teknik pemeriksaan atau interview dengan memanfaatkan kecerdasan buatan sehingga bisa langsung didapatkan kesimpulan tuntutan pasal dan bukti petunjuk terkait dengan suatu kasus.

"Kuliah internasional ini juga sebagai bagian dari proses belajar dari program Sarjana Ilmu Kepolisian untuk melengkapi pengetahuan dan informasi selama perkuliahan sebagai bekal implementasi keilmuan setelah lulus pendidikan," ujarnya.

Purwadi menambahkan program kursus singkat ke Korea Selatan untuk mahasiswa strata satu (S1) merupakan yang pertama digelar. Sedangkan untuk mahasiswa pascasarjana (S2) dan doktoral (S3) sudah dilaksanakan dengan program ke Selandia Baru dan Inggris.

"Program ini nantinya juga akan berlanjut membahas masalah double degree dengan KNPU. Hasilnya nanti akan dimintakan membuat draf usulan kerja sama untuk double degree," katanya.

Ketua STIK Irjen Polisi Nico Afinta yang ikut bersama Kalemdiklat Polri berharap program kursus singkat di Korea Selatan dapat berjalan dan berlanjut guna mewujudkan sumber daya manusia Polri yang PRESISI.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2024