Moskow (ANTARA) - Pemerintahan Amerika Serikat pimpinan Presiden Joe Biden telah mendesak negara-negara Arab untuk mengambil bagian dalam pasukan penjaga perdamaian yang akan dikerahkan di Jalur Gaza setelah konflik berakhir.

Hal tersebut diwartakan oleh Financial Times pada Rabu, dengan mengutip sejumlah narasumber yang mengetahui masalah tersebut.

Mesir, Uni Emirat Arab dan Maroko sedang mempertimbangkan inisiatif ini. Pemerintahan Biden tidak ingin menempatkan pasukan AS di Gaza, menurut surat kabar tersebut, dengan mengutip pejabat dari negara-negara Barat dan Arab.

Negara-negara Arab lainnya, termasuk Arab Saudi, dilaporkan menolak gagasan mengerahkan pasukan mereka karena mereka tidak ingin dianggap bersekongkol dengan Israel.

Sebelumnya pada Maret, situs berita asal AS Axios melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menyarankan pembentukan unit militer multinasional dengan pasukan Arab untuk meningkatkan hukum dan ketertiban Gaza serta memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.

Pada 6 Mei, angkatan bersenjata Israel (IDF) melancarkan apa yang disebutnya operasi kontraterorisme di timur Rafah di perbatasan dengan Mesir, dan mengambil alih perbatasan di sisi Gaza.

Pekan lalu, media Israel melaporkan bahwa kabinet militer Israel telah menyetujui perluasan operasi darat.

Pihak berwenang Israel mengatakan operasi tersebut bertujuan untuk melenyapkan sisa batalion gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza.

Pada tanggal 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dan melanggar perbatasan, menyerang kawasan sipil dan pangkalan militer. Hampir 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 240 lainnya diculik dalam serangan itu.

Israel melancarkan serangan balasan, memerintahkan blokade total terhadap Gaza, dan memulai serangan darat ke daerah kantong Palestina dengan tujuan untuk melenyapkan pejuang Hamas dan menyelamatkan para sandera.

Lebih dari 35.100 orang telah terbunuh sejauh ini akibat serangan Israel di Jalur Gaza, kata pihak berwenang setempat. Lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Mesir sebut Israel yang bertanggung jawab atas penutupan Rafah
Baca juga: Sumber sebut pasukan Israel telah masuk ke pusat Kota Rafah

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024