New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia memberikan kembali sebagian dari keuntungan minggu lalu pada Senin (Selasa pagi WIB), menurun pada awal pekan yang singkat karena libur Natal.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 41 sen menjadi 98,91 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 21 sen menjadi 111,56 dolar AS per barel di perdagangan London.

Harga minyak AS naik 2,8 persen pada minggu lalu didorong peningkatan data ekonomi di AS dan berlanjutnya blokade selama berbulan-bulan di terminal-terminal ekspor minyak penting di Libya.

"Kami memiliki kenaikan besar pekan lalu," kata Andy Lebow, wakil presiden senior untuk derivatif energi pada Jefferies Bache. "Kami memberikan kembali beberapa keuntungan tersebut dalam volume tipis."

Banyak pedagang sedang berlibur pada Senin, karena liburan Natal, yang akan menutup pasar AS pada Selasa pagi dan sepanjang Rabu. Volume perdagangan WTI adalah 62 persen di bawah rata-rata pada Senin sore, kata Lebow .

Para analis mengatakan sentimen terhadap minyak mentah masih cukup positif mengingat ekspektasi permintaan yang lebih baik dengan meningkatkan ekonomi dan gangguan di Libya.

Dalam beberapa hari terakhir, pasar juga sudah mulai terpaku pada Sudan Selatan, di mana pertempuran meningkat selama seminggu terakhir dalam konflik etnis dan dimensi politik.

Dewan Keamanan PBB akan mengadakan konsultasi darurat tentang situasi di Sudan Selatan pada Senin sore, kata misi Prancis ke badan dunia tersebut.

Perusahaan-perusahaan minyak telah mengevakuasi karyawan mereka setelah kematian sedikitnya lima pekerja minyak Sudan Selatan pekan lalu.

Pada Minggu, Mayen Dut, Duta Besar Sudan Selatan untuk Sudan, mengatakan kepada AFP bahwa produksi minyak tidak terpengaruh oleh perselisihan.

Situasi Sudan Selatan "tidak menggarisbawahi ada banyak tekanan politik bermain," kata Carl Larry, presiden perusahaan konsultan Oil Outlooks and Opinions.

"Tidak pernah selesai," kata Larry. "Kita tidak pernah berada pada waktu damai."

(Uu.A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013