Khartoum (ANTARA News) - Militer Sudan Selatan, Senin (23/12), mengakui kehilangan kendali atas Bantiu, ibu kota negara bagian penghasil minyak, demikian laporan media setempat.

"Pasukan kami belum bersiap untuk menguasai Bantiu," kata Juru Bicara Angkatan Darat Sudan Selatan Philip Aguer --yang dikutip oleh media Sudan Selatan.

Ia mengatakan Bantiu masih berada di bawah kekuasaan pasukan oposisi, tapi militer akan melancarkan operasi untuk merebutnya kembali.

Bentrokan masih berlanjut antara militer Sudan Selatan dan satu kelompok militer yang setia kepada mantan wakil presiden Riek Machar.

Machar pada Senin, mengatakan ia siap berdialog dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit dengan syarat Kiir setuju membebaskan tahanan politik.

Sementara itu, jejaring Sudan Tribune melaporkan Kiir bertemu dengan Rebecca Garang, janda mendiang pemimpin bersejarah Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan, yang berkuasa, John Garang, demikian laporan Xinhua.

Rebecca, yang berasal dari Suku Dinka, yang sama dengan Kiir, mengatakan ia membahas dengan presiden tersebut situasi di Sudan Selatan, dan menyatakan dialog tersebut akan berlanjut.

Bentrokan meletus di Sudan Selatan, Minggu (22/12), antar-faksi militer --satu dari Suku Dinka dan satu lagi dari Suku Nuer, yang setia kepada Machar, yang dituduh berencana menggulingkan pemerintah.

Lebih dari 500 orang telah tewas sejak meletusnya bentrokan yang meluas ke banyak daerah di negara yang baru lahir itu, kata media setempat.

(C003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013