Kairo (ANTARA News) - Sebuah bom di dekat sebuah bangunan intelijen militer melukai empat tentarapada Ahad, sebagai ledakan ketiga dalam waktu sepekan setelah Ikhwanul Muslimin disebut sebagai organisasi teroris oleh penguasa sementara Mesir.

Ledakan, yang tentara sebut tindakan "pengecut teroris" itu terjadi saat pemerintah yang dilantik militer berencana mengadakan referendum mengenai konstitusi baru bulan depan, langkah pertama menuju demokrasi sejak penggulingan Presiden Mohamed Moursi pada bulan Juli.

Ledakan Minggu di Provinsi Sharqiya di Delta Nil menghancurkan bagian belakang dinding pagar gedung intelijen, kata militer, dan menambahkan bahwa empat tentara terluka.

Itu adalah serangan ketiga dalam waktu kurang dari seminggu .

Lainnya bisa dihindari pada Ahad ketika ahli menjinakkan bom di dekat bagian depan gerbang fakultas kedokteran Al-Azhar di New Damietta utara Kairo, kata beberapa pejabat keamanan.

Pada Selasa, seorang pembom mobil bunuh diri menewaskan 15 orang di sebuah gedung polisi di Mansoura, utara ibu kota. Dan pada Kamis, sebuah bom di Kairo melukai lima orang di dalam bis.

Serangan Mansoura, salah satu yang paling mematikan sejak penggulingan Moursi, memicu kemarahan meluas.

Sehari setelah serangan, yang diklaim oleh kelompok jihad yang terinspirasi Al-Qaida, pihak berwenang menuduh Ikhwanul Muslimin telah mendaftarkan Gerakan Islam, dari mana Moursi berasal sebagai "organisasi teroris".

Tetapi Ikhwanul, yang berpengaruh di semua pemilihan sejak penggulingan orang kuat Hosni Mubarak pada awal tahun 2011, mengatakan pihaknya "tidak bersalah atas setiap insiden kekerasan yang (telah) atau akan dilakukan".

Menunjuk Ikhwanul sebagai kelompok teroris adalah pengukuhan posisi pemerintah dalam tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap para pendukung Moursi.

Ratusan ribu anggota Ikhwanul sekarang menghadapi hukuman penjara jika mereka menggelar demonstrasi atau ditemukan memiliki rekaman gerakan atau sastra.

Penunjukan ini juga berarti pemimpin Ikhwanul saat ini diadili hukuman matijika terbukti bersalah.

Di Washington, Pentagon menyuarakan keprihatinan pada serangan-serangan itu.

Menteri Pertahanan Chuck Hagel "menyatakan belasungkawa atas hilangnya sejumlah nyawa dan korban cedera akibat pemboman di Mansoura, Nasr City, dan Provinsi Sharkiya," kata juru bicara Hagel itu percakapan telepon dengan Menteri Pertahanan Mesir Jenderal Al- Sisi.

Hagel "mengutuk serangan dan menawarkan bantuan dari Departemen Pertahanan untuk membantu pemerintah Mesir menyelidiki insiden itu," kata pernyataan AS.

"Hagel juga menyatakan keprihatinan tentang iklim politik menjelang referendum konstitusi, termasuk penegakan lebih lanjut dari pembatasan hukum demonstrasi."

Pada Minggu, polisi di kota Mediterania Alexandria menangkap tiga orang, termasuk dua anak-anak, setelah mereka mencari barang cetakan dan menemukan bahan propaganda dukungan Ikhwanul dan menentang pasukan keamanan.

Tindakan keras terhadap pendukung Moursi sejak tentara menggulingkan dia pada 3 Juli diperkirakan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan ribuan pendukungnya ditangkap.

Tetapi Ikhwanul masih mengadakan demonstrasi di seluruh Mesir, khususnya selama tiga hari terakhir, dengan setidaknya tujuh orang tewas dalam bentrokan antara pendukung dan penentang Moursi, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013