Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) memiliki Program Terpadu Jelajah Literasi Nusantara atau Protap Jelita, untuk mengenalkan naskah-naskah kuno dari Nusantara pada pemustaka anak.

“Kami mencoba mengangkat naskah kuno dengan format publikasi yang berbeda, salah satu kegiatan kami di Protap Jelita, kami kenalkan naskah kuno ini kepada anak-anak dengan metode dan gaya yang berbeda dari orang dewasa, melalui komik, membaca nyaring -read aloud-, dan lain sebagainya,” kata Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Agus Sutoyo dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Diskusi bertema “Mengupas teks lontar Kalpabuddha dan manifestasinya dalam kehidupan” diselenggarakan secara daring oleh Perpusnas bekerja sama dengan Komunitas Jagongan Naskah (Jangkah), Masyarakat Penaskahan Nusantara (Manasa), dan para filolog untuk memperingati Hari Raya Waisak yang akan jatuh pada esok hari, Kamis (23/5).

Agus menjelaskan, meski tidak mudah mengenalkan naskah kuno pada anak karena pola dalam dunianya masih lebih banyak bermain, Perpusnas terus berupaya untuk mencoba mengikuti dengan pola bermain juga agar dapat meliterasikan naskah kuno dengan lebih sederhana.

“Agar anak-anak mengerti, bahwa sejarah bersumber salah satunya dari naskah Nusantara, sehingga bisa memberikan virus literasi kepada anak-anak melalui naskah-naskah tersebut,” katanya.

Lewat Protap Jelita, Perpusnas ingin menghapus anggapan bahwa naskah-naskah hanya dapat digali dan didiskusikan oleh orang-orang dewasa.

“Kita mencoba menggali kembali naskah-naskah yang sudah dilakukan alih aksara, alih bahasa, bagaimana bisa mempopulerkannya kepada masyarakat, utamanya kepada anak-anak, karena memang soal naskah ini image-nya kepada orang dewasa, padahal sesuai arahan Kepala Perpusnas, bagaimana agar naskah itu bisa disampaikan kepada para pemustaka pemula atau anak-anak, karena dari sinilah anak-anak bisa belajar tentang sejarah peradaban Bangsa Indonesia,” tuturnya.

Karena itu, Perpusnas berkolaborasi dengan para penggiat literasi kuno untuk mengangkat soal yang identik dengan orang-orang dewasa agar lebih bisa dipopulerkan.

“Kalau sebelumnya seolah-olah naskah hanya milik peneliti, kini coba kita gali kembali, kemudian diterjemahkan, dialihbahasakan, dan dipopulerkan,” ucapnya.

Agus melanjutkan, Perpusnas juga berupaya mendorong seluruh pustakawan, pegiat literasi, dan komunitas-komunitas agar mempromosikan naskah Nusantara dengan gaya masing-masing.

Ia berharap, diskusi warisan Nusantara dapat meningkatkan akses naskah-naskah kuno secara lebih luas, sehingga masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mempelajari naskah-naskah kuno.

“Harapan kami, diskusi warisan Nusantara ini bisa melahirkan individu-individu atau komunitas yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pelestarian naskah kuno dalam bentuk fisik atau isinya. Kami ingin memberikan ruang untuk memfasilitasi masyarakat agar bisa mengakses naskah-naskah di Perpusnas,” katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024