Kami yakin Fajrie punya kemampuan untuk memimpin Jakarta, setelah ditetapkan menjadi daerah khusus
Jakarta (ANTARA) - Koordinator Teman Bang Fajrie (TBF) Rachmat Ariyanto mengaku optimistis Noer Fajrieansyah masih berpeluang maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Jakarta pada November 2024.

"Kami yakin Fajrie punya kemampuan untuk memimpin Jakarta, setelah ditetapkan menjadi daerah khusus," katanya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, rekam jejak yang dimiliki Fajrieansyah, sudah sangat cukup untuk diusung oleh koalisi partai politik pada Pilkada Jakarta. Fajrie memiliki kompetensi kepemimpinan dan manajerial, karena berkali-kali dipercaya menjadi komisaris dan direksi badan usaha milik negara (BUMN).

Lanjut dia, Fajrie dapat merawat perkawanan dan silaturahim dengan aktivis lintas generasi, karena pernah jadi Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Fajrie juga berdarah Betawi, bahkan dipercaya menjadi Bendahara Umum GP Ansor 2024-2029.

Menurut Rachmat, meskipun mereka telah gagal mendaftar melalui jalur independen atau perseorangan, tetapi peluang diusung oleh partai politik masih besar. Apalagi beberapa partai politik yang memiliki kursi di DPRD Jakarta, belum mempunyai calon kepala daerah untuk diusung.

Baca juga: PKB: Ada komunikasi dengan Anies soal Pilkada Jakarta 2024

Baca juga: Zulkifli: PAN tidak dukung Anies karena Koalisi Indonesia Maju

Baca juga: Partai Golkar sebut peluang Raffi Ahmad maju Pilkada Jakarta


Terkait dengan popularitas dan elektabilitas Fajrie, Rachmat membandingkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilkada DKI tahun 2012 serta Anies Baswedan pada Pilkada DKI tahun 2017.

"Jokowi berhasil memenangkan Pilkada Jakarta 2012 sekalipun kekuatan politik justru lebih berpihak kepada pesaingnya, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Apalagi, 'modal awal' hanya elektabilitas sebesar 5 persen," jelasnya.

Sementara itu, Pilkada 2017 dimenangkan Anies Baswedan yang popularitas awalnya hanya 10 persen. Banyak faktor di awal yakni bukan kader parpol, pernah jabat menteri dan di-reshuffle, tetapi proses politiknya mengantarkan Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno menang saat itu.

"Lawannya ngak main-main, Ahok. Semua variabel kekuasaan ada di Ahok, tapi warga DKI memilih Anies," ujarnya.

Menurut Rachmat, preferensi politik masyarakat Jakarta cukup unik, lantaran tidak kuat pada blok politik tertentu. Misalnya, perolehan suara Anies di Jakarta pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tidak dominan. Pun demikian dengan Ganjar Pranowo, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

"Saat ini kami terus membangun silaturahim dengan berbagai kalangan untuk meningkatkan popularitas Fajrieansyah. Lalu, komunikasi di kalangan elit partai politik untuk mendapatkan dukungan tiket partai," ujarnya.

Pewarta: Fauzi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024