New York City (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) dan China perlu berkolaborasi untuk mengatasi kerawanan pangan dan berbagai tantangan lainnya di bidang pertanian, kata sejumlah pakar dari kedua negara.

Kedua negara sama-sama sedang menghadapi masalah kerawanan pangan, baik di sisi produksi maupun konsumsi, kata Caitlin Welsh, direktur Program Ketahanan Pangan dan Air Global pada Center for Strategic and International Studies.

"Kedua belah pihak akan memetik manfaat dari pendekatan yang dapat diterapkan bersama untuk memperbaiki isu kerawanan pangan," kata Welsh dalam sebuah diskusi panel daring yang diselenggarakan oleh Brookings Institution pada Selasa (21/4).

Jika diperluas ke negara-negara lain yang juga menghadapi kerawanan pangan, kata Welsh, pendekatan itu bisa meningkatkan stabilitas, pertumbuhan ekonomi atau mitra dagang di antara negara-negara.
 
Dia mengharapkan adanya peningkatan pertukaran pendidikan antara China dan AS, serta peningkatan kerja sama antara pihak-pihak nonnegara seperti para peneliti dan organisasi masyarakat sipil.

Fan Shenggen, ketua profesor pada Universitas Pertanian China, mengatakan kedua negara harus berkolaborasi dalam bidang pertanian cerdas iklim mengingat perubahan iklim terus menggerus ketahanan pangan dan gizi global serta memperparah dampak konflik.

Ada banyak potensi bagi China dan AS untuk saling belajar dari satu sama lain, kata Fan, yang mengidentifikasi pendidikan, teknologi, perdagangan, dan pemuda sebagai empat bidang strategis kerja sama bilateral.

Dia juga menggarisbawahi pentingnya perdagangan bilateral yang terbuka untuk komoditas pangan dan hasil bumi, serta peran penting pertukaran pemuda dalam mendobrak hambatan politik dan geopolitik yang ada.

Pertukaran peneliti dan ilmuwan jelas merupakan kepentingan kedua negara, kata Joseph Glauber, senior research fellow International Food Policy Research Institute.

Glauber, yang adalah kepala ekonom di Departemen Pertanian AS sejak 2008 hingga 2014, menceritakan kembali kunjungannya ke China untuk menghadiri sebuah konferensi.

Konferensi itu menjadi tempat para ilmuwan bekerja sama dengan para peneliti yang mengkaji isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

"Saya tidak suka melihat kerja sama semacam itu menjadi kendur. Menurut saya kita perlu melanjutkannya, melakukan lebih banyak lagi karena ada banyak masalah di luar sana yang membutuhkan masukan dari kedua belah pihak," tutur Glauber.  

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024