Saya sangat mendukung program seperti ini karena tak perlu jauh-jauh merantau karena di kampung sendiri ada lapangan kerja
Jakarta (ANTARA) - Program cofiring atau penggantian sebagian batu bara dengan biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tembilahan Riau, berhasil menyerap tenaga kerja muda khususnya dari warga Desa Mekarsari, Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

Hal tersebut ditunjukkan oleh PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) melalui mitra kerjanya PT Berkah Bara Rizky Bersama (BBRB). Penanggungjawab Lapangan PT BBRB Wicaksana Adit memastikan bahwa pihaknya akan menambah jumlah tenaga kerja seiring dengan kapasitas mesin yang lebih besar dan permintaan biomassa yang meningkat.

“Banyak warga sekitar sini yang datang tanya apakah ada pekerjaan. Namun saat ini, kami batasi sepuluh orang dulu karena memang kapasitas produksi kami masih kecil,” ucap Adit dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Wicaksana Adit mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini tengah memesan mesin operasi dengan kapasitas lebih besar guna meningkatkan produksi wood chip biomassa. Hal ini mengingat sumber daya yang melimpah di sekitar wilayah PT BBRB beroperasi.

Adit melanjutkan, selain warga yang datang meminta pekerjaan, tidak sedikit pula pemilik kebun karet yang hendak membersihkan lahan datang kepadanya. Pemilik kebun karet meminta agar PT BBRB dapat membersihkan kebun milik mereka karena hendak ditanami sawit.

Untuk membersihkan kebun, Adit tidak memungut biaya. Sebaliknya kayu karet yang ditebang selanjutnya menjadi milik PT BBRB yang kemudian diolah menjadi wood chip untuk biomassa PLTU.

“Kayu karet yang bagus dijadikan papan oleh pemilik kebun. Namun jumlah kayu yang bagus bisa dijadikan papan tidak banyak. Sisanya kami olah jadi wood chip. Kami sebenarnya bisa ambil gratis sebagai upah membersihkan kebun. Namun kami tetap memberikan uang kerahiman pada pemilik kebun,” ujar Adit.

Salah seorang pekerja PT BBRB Bayu Dwitya menyebutkan, program cofiring yang memproduksi wood chips biomassa PLTU Tembilahan banyak merekrut tenaga kerja lokal di desanya.

“Saya sangat mendukung program seperti ini karena tak perlu jauh-jauh merantau karena di kampung sendiri ada lapangan kerja,” ujar Bayu.

Bertugas sebagai operator pencacah kayu karet, kini Bayu mampu meningkatkan derajat hidupnya dan tidak lagi tinggal menumpang di rumah saudaranya.

“Saya sekarang bisa ngontrak dan tidak lagi numpang di rumah adik,” kata Bayu.

Sebagai tenaga kerja, Bayu pun berharap agar serapan biomassa untuk co-firing PLTU Tembilahan bisa meningkat. Sehingga fasilitas produksi tempatnya bekerja dapat terus beroperasi dan jumlah tenaga kerjanya pun dapat terus bertambah.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan sebelumnya menyebutkan bahwa tahun ini pihaknya akan memasok 2,2 juta ton kebutuhan biomassa bagi 47 PLTU batu bara milik PLN Grup, naik 220 persen dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta ton.

Ia mengatakan kebutuhan biomassa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sebab, penggunaan biomassa ini mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.

Reduksi emisi dari penggunaan biomassa di tahun 2024 ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2 equivalen. Meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2 equivalen.

Mamit mengatakan kenaikan volume biomassa bagi pembangkit tidak perlu dikhawatirkan, sebab penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa bahkan 1:1 dengan batu bara, sehingga membuat biomassa sangat ekonomis digunakan.

"Saat ini harga batu bara 5 - 6 sen dolar AS (sekitar Rp 7.795 - 9.354) per kilo Watt hour (kWh). Biomassa juga setara dengan itu. Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," tegas Mamit.

Baca juga: PLN kerja sama pengadaan biomassa batang singkong dan karet di Lampung
Baca juga: Indonesia finalisasi paket pensiun dini PLTU 660 megawatt

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024