Jakarta (ANTARA) - Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC,  ​​​​Dr  Pratama Persadha,  dalam sebuah analisisnya menuliskan bahwa meskipun kehadiran koneksi internet berbasis satelit Starlink menjadi kabar baik bagi masyarakat di Indonesia, namun diingatkan pula tentang adanya ancaman kedaulatan digital yang menyertainya.

Analisis Dr Pratama Persadha setidaknya membuat masyarakat di tanah air semakin “aware” untuk tidak tenggelam dalam euforia berlebihan ketika mendapati ada hal-hal baru sebagaimana umumnya masyarakat awam di Indonesia merespons sesuatu.

CEO SpaceX juga pemilik Starlink Elon Musk yang sempat hadir dan diundang untuk berbicara di depan para Kepala Negara dan delegasi dalam pembukaan 'World Water Forumke-10' di Bali, tampaknya memiliki kepedulian tinggi yang seiring dengan tujuan acara besar itu yakni untuk “water for shared prosperity”.

Ia bahkan meresmikan peluncuran fasilitas internet berbasis satelit Starlink miliknya di sebuah Puskesmas wilayah Denpasar dalam kerangka kerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk layanan internet yang disediakan oleh perusahaan SpaceX agar bisa menjangkau seluruh puskesmas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).

Elon Musk mengatakan, keberadaan Starlink akan membantu banyak masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses internet yang memadai.

Ia mengaku sangat bersemangat untuk membawa konektivitas internet ke tempat-tempat yang konektivitas internetnya rendah. Baginya, internet seperti penyelamatan hidup karena dengan internet semua bisa belajar banyak hal.

Selain uji coba di Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumerta Kelod, Denpasar, yang sekaligus menjadi lokasi peresmian kerja sama, dan Pustu Bungbungan, Klungkung, yang memiliki keterbatasan akses internet, Puskesmas Tabarfane di Kepulauan Aru, Maluku, yang sebelumnya tidak memiliki akses internet juga turut menjadi lokasi uji coba dan tersambung secara daring menggunakan jaringan Starlink.

Indonesia memang negara kepulauan yang jelas membutuhkan akses internet satelit yang berpotensi lebih efisien menjangkau daerah pelosok dan pulau-pulau terpencil.

Namun wajar jika Dr Pratama Persadha mengingatkan ada hal-hal yang perlu diantisipasi di balik berbagai hal positif yang mungkin didapat dari hadirnya koneksi internet berbasis satelit dari sisi kedaulatan siber.

Bukan tanpa alasan, perusahaan penyedia internet satelit milik Elon Musk punya rekam jejak yang bisa dijadikan pelajaran. Ketergantungan pada layanan ini bukanlah sebuah perkiraan semata karena Starlink sudah pernah memanfaatkan ketergantungan suatu negara untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

Misalnya saja pada 28 Februari 2022, Starlink memberikan akses internet gratis kepada pemerintah Ukrania. Setelah cukup lama pemerintah Ukraina menggunakan layanan ini dan sudah menjadi suatu ketergantungan, pada 30 September 2022 Starlink menghentikan layanannya.

Hal ini jelas sangat mengancam nyawa prajurit Ukraina yang sedang berada di medan pertempuran karena Starlink dipergunakan oleh Ukraina sebagai media komunikasi dengan prajurit yang sedang bertugas di medan pertempuran.

Negara itu jadi tidak memiliki kontrol penuh atas jaringan, termasuk kemampuan untuk menghentikan atau mengalihkan layanan sesuai dengan kebijakan nasional dalam situasi darurat.

Akibat akses ke layanan tersebut terganggu atau dihentikan maka jelas mengganggu kemampuan negara untuk berkoordinasi dan mengambil tindakan yang efektif dalam situasi darurat atau konflik.

Namun, bagi World Water Forum nampaknya kehadiran Elon Musk amat diperlukan sebagai upaya untuk “meminta perhatian” dunia agar mengalihkan fokusnya sejenak ke Bali.


Momentum WWF

World Water Forum ke-10 memerlukan public figure dengan pengaruh yang kuat dan luas untuk membuat kegiatan (event) ini menjadi perhatian. Kehadiran Elon Musk dengan mengangkat kepeduliannya terkait air dan teknologi menjadi magnet tersendiri.

Ia juga memiliki peluang yang besar untuk mengoptimalkan pasar internet Indonesia melalui momentum yang baik.

Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Tri Tharyat, sempat mengatakan, Elon Musk memang diundang secara khusus untuk menghadiri upacara pembukaan World Water Forum ke-10 yang juga dihadiri Presiden Joko Widodo.

Kehadiran Elon Musk di acara World Water Forum Bali diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi Indonesia, khususnya Bali, sebagai lokasi penyelenggaraan berbagai event internasional.

Ia menyadari bahwa perlu sosok seperti pemilik raksasa teknologi Tesla itu untuk memberikan nilai tambah kepada bobot dari pelaksanaan World Water Forum sendiri. Sehingga mempertanyakan kehadiran Elon Musk dalam event yang dihadiri oleh 106 negara dan 27 organisasi internasional itu pun menjadi tak relevan lagi. Hal terpenting adalah mendorong tujuan utama forum untuk mengangkat kepedulian dunia terkait keberlanjutan air.

Namun begitu, seiring dengan itu, hadirnya Starlink juga menjadi perhatian tersendiri ketika regulasi tentangnya masih belum sepenuhnya jelas.


Air dan internet

Air dan koneksi internet barangkali tidak secara langsung terkait, namun dalam perkembangannya teknologi memberikan peluang efisiensi bagi segala sesuatu termasuk rekayasa air.

Namun dampak teknologi termasuk layanan internet satelit bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main.

Begitu halnya dengan Starlink yang masuk Indonesia seiring kehadiran Elon Musk dalam Forum Air Sedunia, ada sesuatu yang perlu diwaspadai terkait potensi ancaman kedaulatan siber lainnya di antaranya kemungkinan ada akses yang tidak diinginkan.

Negara-negara asing atau entitas jahat dapat mencoba mengakses infrastruktur satelit untuk tujuan yang merugikan, seperti mata-mata atau serangan siber, sehingga keamanan infrastruktur satelit perlu dijaga dengan ketat untuk mencegah akses yang tidak diinginkan.

Di satu sisi, masih ada beberapa hal yang menjadi polemik terkait dengan berbagai hal sehubungan dengan layanan Starlink itu sendiri.

Salah satu polemik yang terjadi adalah network operation center (NOC) dari Starlink yang melayani pelanggan di Indonesia untuk saat ini belum dilakukan dari Indonesia. Namun, masih di-support dari NOC yang berada di luar negeri.

Meskipun saat ini NOC Starlink belum didirikan di Indonesia, Starlink sudah bekerja sama dengan NAP (network access provider) lokal untuk layanan "backbone" internetnya supaya bisa mendapatkan izin ISP (internet service provider).

Dengan demikian, jika memang diperlukan tindakan yang bisa meningkatkan pertahanan dan keamanan negara pada saat krisis seperti penyadapan atau sensor bisa dilakukan melalui perusahaan NAP yang menjual layanan backbone internetnya ke Starlink.

Beberapa potensi ancaman yang dapat timbul dengan pemanfaatan layanan dari Starlink adalah ketergantungan yang signifikan pada layanan internet satelit yang dioperasikan oleh perusahaan asing dapat menyebabkan negara menjadi kurang memiliki kontrol langsung atas infrastruktur tersebut.

Ketergantungan yang berlebihan pada layanan internet satelit yang dioperasikan oleh perusahaan asing dapat membuat negara menjadi lebih rentan terhadap campur tangan asing dalam operasional infrastruktur komunikasinya.

Ancaman siber terhadap infrastruktur satelit dapat menjadi masalah serius. Serangan siber yang berhasil dapat mempengaruhi operasional satelit, merusak atau mematikan satelit, mencuri informasi penting, atau mengganggu komunikasi.

Sisi bisnis internet di Indonesia juga menjadi polemik. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh Pemerintah adalah bagaimana memastikan bahwa Starlink akan mengikuti persyaratan-persyaratan yang diberikan sebelumnya sehingga bangsa ini tetap memiliki kedaulatan digitalnya dengan utuh.

Keberadaan layanan internet satelit sebagai bagian dari teknologi memang memerlukan regulasi yang melingkupinya dengan sangat ketat agar dapat dimanfaatkan bagi kehidupan, termasuk mengoptimalkan peran air untuk kesejahteraan.

Copyright © ANTARA 2024