Jakarta, (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Departemen Kehutanan dan Dana Suaka Margasatwa (WWF) Jakarta, Jumat mengumumkan kelahiran empat ekor badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Dirjen PHKA Departemen Kehutanan Arman Malolongan menjelaskan, Badak Jawa merupakan spesies mamalia besar terlangka di dunia dan saat ini terancam punah. Keberadaan tiga bayi badak Jawa itu ditemukan melalui jejak tapak dan seekor lagi dilihat secara langsung oleh tim survei. Kelahiran empat ekor bayi badak Jawa ini merupakan kabar gembira mengingat badak Jawa adalah satwa langka yang kini jumlahnya diperkirakan tak lebih dari 60 ekor di seluruh dunia. "Ditemukannya populasi yang berkembang biak, dan bahkan perlahan-lahan tumbuh, merupakan kabar gembira sekaligus memberi harapan bagi masa depan satwa dilindungi ini," katanya. Temuan kelahiran badak Jawa ini adalah yang pertama dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tim Jagawana Balai Taman Nasional Ujung Kulon, WWF, dan masyarakat lokal menemukan tanda-tanda keberadaan bayi badak tersebut saat melakukan survei beberapa hari setelah gempa bumi mengguncang sejumlah wilayah di Pulau Jawa -termasuk Banten-- Juli lalu. Jejak salah seekor anak badak pertama kali ditemukan oleh tim survei I pada 24 Juli 2006 dengan ukuran tapak 16-17 cm di samping tapak kaki lain yang berukuran lebih besar milik induknya. Keesokan harinya, tim survei kembali menemukan tapak kaki anak dan induk badak dengan ukuran yang berbeda di lokasi yang lain. Kedua jejak tersebut diperkirakan maksimum berusia tiga hari. Pada hari yang sama di lokasi terpisah tim survei II melihat secara langsung anak badak, yang diidentifikasi berjenis kelamin betina, beserta induknya. Tim itu juga menemukan jejak tapak anak badak keempat di lokasi lain pada 26 Juli. Di antara lima spesies badak yang ada di dunia, Badak Jawa merupakan spesies yang paling langka dan dikategorikan sebagai "critically endangered" atau "sangat terancam" dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List of Threatened Species). Populasi terbesar Badak Jawa berada di Taman Nasional Ujung Kulon, dimana survey dengan kamera intai, menunjukkan kisaran 26 - 58 ekor, dengan nilai tengah 42 ekor (2000). Populasi lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien di Vietnam, dimana diperkirakan 2-8 ekor bertahan hidup. "Badak Jawa hidup tersembunyi di dalam hutan dan sangat jarang dapat terlihat secara langsung," kata Site Manager WWF-Indonesia untuk Taman Nasional Ujung Kulon Adhi Rahmat. "Tim survei ini sangat beruntung karena dapat mengamati secara langsung keberadaan seekor induk badak dan anaknya saat melakukan patroli dan pengecekan rutin `camera trapping`." Mengingat jarak antara empat lokasi penemuan jejak yang cukup berjauhan dan juga ukuran tapak kaki yang berbeda, tim survei ini menyimpulkan bahwa bukti-bukti tersebut menunjukkan adanya empat individu bayi badak yang berbeda. WWF dan Balai Taman Nasional Ujung Kulon berharap untuk mendapatkan foto bayi badak tersebut melalui kamera intai yang selama ini dipasang untuk memonitor Badak Jawa. Dengan ditemukannya fakta bahwa populasi Badak Jawa terus berkembangbiak di TN Ujung Kulon, WWF merekomendasikan perlunya upaya pengelolaan ruang bagi spesies lain (banteng) demi mengurangi kompetisi habitat dengan badak Jawa; mengontrol tumbuhnya Arenga obsitufolia yang membatasi pertumbuhan tumbuhan pakan Badak Jawa. Selain itu juga mendorong upaya penetapan habitat kedua (second habitat) di luar TN Ujung Kulon, guna meningkatkan keberlangsungan hidup spesies ini.(*)

Copyright © ANTARA 2006