Jakarta (ANTARA news) - Penjelajah waktu atau orang yang bisa pergi ke masa lalu maupun masa depan ternyata belum ada.

Hal itu terungkap dari studi terbaru yang mengungkapkan belum ada bukti konkret tentang orang penjelajah waktu.

Studi itu dilakukan oleh ahli astrofisika dari Astronomy Picture of the Day (APOD), Robert Nemiroff bersama dengan beberapa anak didiknya di Universitas Teknologi Michigan.

Mereka melakukan tiga jenis pencarian terpisah (di internet), dengan mengembangkan strategi pencarian berbasiskan metode yang mereka sebut "pengetahuan jeli".

Mereka mempelajari berbagai diskusi di media sosial dan berbagai situs yang mungkin menjadi bukti tentang sesuatu atau seseorang yang mendahului zamannya.
 
Pertimbangannya, jika mereka berhasil menemukan bukti itu, maka hal tersebut dapat mengindikasikan penulisnya merupakan orang dari masa depan.

Mereka memilih tema pencarian mengacu kepada dua peristiwa yang terjadi belum lama ini yaitu peristiwa yang terpilihnya Paus Francis (sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma) dan keberadaan komet ISON.

Mereka mulai mencari referensi atas kedua fenomena itu sebelum kedua fenomena itu benar-benar terjadi.

Pertama, mereka melihat pada tema spesifik di jejaring sosial twitter, lalu kedua, mereka mencari di mesin pencari, dan ketiga, mereka mencari melalui komunikasi langsung di internet, baik melalui e-mail atau kicau Twitter sebelum peristiwa terjadi.

Tim peneliti menggunakan berbagai mesin pencari seperti Google dan Bing yang dikombinasikan melalui jejaring sosial Facebook serta Twitter.

Hasilnya? “Tidak ada penjelajah waktu yang ditemukan," kata para peneliti itu melalui makalahnya.

“Internet memiliki database yang luas, dan saya kira jika penjelajah waktu ada di sini, eksistensi mereka bagaimana pun akan terlihat, mungkin dengan mencatatkan nomor kemenangan lotere (undian) sebelum mereka menang," ujar Nemiroff.

Sejauh ini juga tidak ada pemenang undian yang mengaku menggunakan jelajah waktu untuk memastikan kemenangannya.

Sementara itu, berdasarkan pencarian yang dilakukan tim juga tidak menemukan pernyataan mengenai komet ISON sebelum komet itu benar-benar ditemukan pada September 2012.

Penerjemah: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014